Selasa, 19 April 2011

Ling-ling


Suatu sore aku berniat untuk pergi ke pantai yang agak jauh dari tempatku tinggal untuk bermain ombak, namun karena motorku satu-satunya sedang "bermasalah", akhirnya kuputuskan untuk menggunakan sarana transportasi umum yang selama ini tak pernah kulirik sedikitpun, Bemo.

Berkat kebaikan hati seorang sahabat, aku tidak perlu berjalan kaki menuju 'terminal' bemo yang berjarak tidak dekat dari tempatku tinggal. Singkat cerita, sampailah aku di titik awal keberangkatan bemo, namun karena memang sedang menggunakan transportasi umum, maka aku harus menunggu untuk waktu yang bisa dikatakan tidak sebentar sampai pada akhirnya bemo tersebut benar-benar berjalan mengais meter demi meter melewati jalanan yang entah sudah berapa ratus atau bahkan ribu kali dilewatinya.

Ditengah penantian berhawa panas dan tidak menyenangkan tersebut, naiklah seorang gadis muda berwajah manis-oriental. Berpakaian tema kuning nan anggun, dan parfum dengan wangi lembut, dia duduk tepat didepanku, di mulut pintu bemo. Karena memang mungkin dia tidak ingin merasa pengap jika memilih tempat duduk agak kedalam. Sambil menggerutu dalam hati, 15 menit 'ngetem' baru aku dan dia yang jadi penumpang bemo ini. Tapi mungkin si 'ling-ling' ini membawakan ku keberuntungan, karena Bemo secara ajaib meninggalkan 'terminal' dengan kecepatan yang tidak lebih cepat dari laju Cidomo yang beberapa detik yang lalu telah mendahului. Iseng kusapa 'ling-ling', "mau kemana mbak?", dia menjawab singkat, jelas, dan herannya tidak terkesan arogan, "batulayar mas". Nada suaranya ringan dan sedap di telinga, aku hanya bisa merespon singkat "ooo.." sambil berharap dia bertanya balik tentangku. 1 menit, 3 menit, 5 menit dia tidak bertanya juga. Hmm apa yang salah denganku ya? teringat mungkin karena hari ini sejak pagi aku tak keluar ruangan dan tidak pula mandi di pagi hari, itukah dosaku terhadapnya? gumamku dalam hati.

Di sebuah jembatan perbatasan sebuah kota dengan kabupaten, tiba-tiba dia berujar sesuatu yang tidak kutangkap dengan baik karena sebuah motor berknalpot bodong membalap bemoku. Namun hati ini yang semenjak tadi kering kerontang seperti mendapatkan guyuran air segar dan dengan antusias dan dengan nada yang kubuat semanis mungkin kutanya akan pertanyaannya barusan, "maaf, mbak bilang apa tadi?". "Uangnya jatuh mas" ujarnya singkat. Air yang baru saja mengguyur hatiku tiba-tiba menguap lagi seiringku memungut 2 lembar uang lima ribu rupiah yang terjatuh karena saku celana pantaiku berlubang. Dan memang saat itu aku sengaja tidak membawa dompet dengan alasan ingin lepas dari segala kekhawatiran akan kepemilikan.

Agak frustasi perjalananku dibawa bemo dengan kecepatan cidomo gigi 2 ini, melewati sebuah gapura selamat datang disebuah kawasan wisata, seorang nenek naik dan menjadi penumpang ketiga si bemo pada sore hari yang cerah itu. Bawaan nenek yang berbakul-bakul memaksaku duduk agak kedalam untuk mempermudah proses keluar masuknya si nenek dan barang bawaannya. 'Ling-ling' pun ikut bergerak kedalam, sejenak aku merasa bersyukur akan kehadiran sang Nenek sambil mendoakannya panjang umur. Tapi didalam pun otakku buntu untuk menemukan sebuah cara bagaimana menembus kebekuan si 'ling-ling' ini, dan Batulayarpun sudah semakin dekat. Perjalanan yang sedari tadi sudah memakan waktu yang sangat panjang terasa begitu singkat bagiku karena aku menginginkan waktu yang lebih lama bersama 'ling-ling' manis berwajah oriental ini.

Nampaknya semua akan berlalu begitu saja ketika kulihat tempat tujuannya si 'ling-ling' sudah dekat, namun sebuah keajaiban terjadi ketika 'ling-ling' tiba-tiba bertanya dengan nada suara yang dari tadi membuatku terpesona tersebut. "Tinggal dimana mas? mau pulang ya?" dan dengan cepat otak ini bekerja super keras memikirkan kemungkinan ribuan jawaban super manis yang akan kupilih yang paling manis untuk kepersembahkan pada 'ling-ling'ku ini. Dengan keringat dingin yang kurasa membuat dahiku mengkilap terkena sinar mentari sore, kujawab saja "saya tinggal di dekat pantai di Kota". "ling-ling' pun tersenyum mendengarnya, dan begitu mulutku akan terbuka untuk bertanya lebih jauh, dia meminta supir bemo untuk berhenti pertanda dia telah sampai tujuan.

Dengan sigap aku tak ingin semua berakhir begitu saja, reflekku bertanya "namanya siapa mbak?", sekejap aku agak terkejut dengan keberanianku bertanya demikian.'Ling-ling' sibuk merogoh dompetnya dan sambil melirik sekilas kepadaku tanda dia sudah mendengar pertanyaanku. Setelah mendapatkan nominal uang yang dia inginkan, tepat sebelum keluar bemo, 'ling-ling' menyebutkan sebuah nama yang kali ini terdengar sangat jelas.

"Shakuntala".

Singkat. Dia tersenyum dengan sangat manis sebelum turun meninggalkanku yang heran dan diam mematung sambil tersadar, kemana perginya si nenek berbakul-bakul tadi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar