Kamis, 28 April 2011

Saumlaki


Pagi ini gw terbangun dengan satu kata yang terngiang di benak (hadooh apa lagi nih)..

Kata itu adalah : "SAUMLAKI"

Nahloh.. jauh amat, langsung aja gw cek internet, menuju peta Maluku Tenggara, ternyata apa yang selama ini pulau tempat Saumlaki itu bertempat / berlokasi, adalah salah. Saumlaki adalah nama kota, bukan seperti yang selama ini gw kira, yaitu nama pulau. Saumlaki terletak di pulau Yamdena, selama ini gw salah nebak, Kep. Aru gw bilang Pulau Saumlaki.

Wah, pertanda keilmuan Geografi gw yang masih sangat perlu diasah. Hmm.. pertanda apa dari Gusti Allah mengirimkan kata "Saumlaki" pagi ini ke gw?

Ini foto burger yang tersaturasi



sebetulnya tanpa olah sotosop (full saturated) burger ini pun sudah tersaturasi oleh lemak jenuhnya.

Selasa, 26 April 2011

Jomblo Tulang Lunak

Pagi ini ada satu kata yang terus menggelayut di pikiran gw semenjak dari bangun tidur, lari pagi, sarapan, sampe sekarang pas lagi nulis ini. Kata atau frase itu adalah "Jomblo Tulang Lunak".

Apa maksudnya? gw juga ga tau, tau-tau muncul aja di benak gw. Kalo ayam ato bandeng tulang / duri lunak gw tau, tapi ini jomblo?

Dari pada didiemin bikin penasaran n akhirnya malah jadi bisul, mending coba sotoy-sotoyan aja deh y. Jadi izinkan saya untuk sotoy dalam tulisan kali ini. (emang sebelumnya ga sotoy ya?)

Jomblo Tulang Lunak, Jomblo itu sendiri adalah suatu kondisi dimana seseorang jejaka / gadis tidak memiliki tambatan hati resmi dalam wujud pacar, kalo sekedar pujaan hati alias kisah cinta bertepuk sebelah tangan ya mungkin ada.

Tulang Lunak adalah sebuah kondisi dimana ayam mengalami proses pengolahan yang sedemikian rupa (dengan sistem presto kalo ga salah ya) sehingga menghasilkan suatu daging ayam nan empuk, bahkan sampai tulang-tulangnya kalau mau bisa dimakan / dikunyah karena empuk juga.

Nah, jika dua frase itu digabungkan menjadi Jomblo Tulang Lunak, mungkin kalo menurut gw ya seorang Jomblo yang tulangnya lunak, hehe apa ya, kalau Gatotkaca yang hebat itu digambarkan memiliki tubuh yang kuat tak mempan senjata apapun, otot kawat tulang besi!


eng ing eeeenngggg.......

"otot kawat tulang besi"

Hal itu mencerminkannya sebagai tokoh kuat nan gagah perkasa, disini tulang besi berarti kan tulang yang keras! mana ada besi lembek coba.

Mungkin dengan menyenggol istilah penulangannya Oom Gatot Kaca, Tulang lunak yang dimiliki si Jomblo berarti kiasan untuk menggambarkan ketidakberdayaannya dalam menghadapi situasi kejombloannya, bukan dalam artian dia memilih untuk menjomblo atau dengan kata lain jomblo adalah sebuah pilihan. Kalo itu beda lagi, tapi dalam lubuk hati yang paling dalamnya, sang Jomblo menginginkan untuk dibelai oleh seorang gadis pujaannya. Namun apa daya, daya juangnya teramat lemah sehingga tidak ada satu pun didunia ini yang bisa merasakannya.

Sekalinya dia mau berusaha, kepentok masalah dikit, dah mundur (dan ga pernah maju-maju lagi).

Mungkin kalo mau diartikan "Jomblo Tulang Lunak" ya seperti itu. Jadi jangan biarkan diri kalian yang masih pada Jomblo menjadi bertulang lunak, tapi jadilah Jomblo Otot Kawat Tulang Besi ala Om Gatot Kaca itu.


ps : btw, Gatot Kaca tu jomblo ya?


tot litch

Senin, 25 April 2011

Google hari ini - John James Audubon


Pagi ini gw cek internet, dan seperti biasa, gw mampir dulu ke mbah google, siapa tau ada kejutan menyegarkan seperti yang selama ini selalu si mbah tawarkan.

Dan ternyata benar!

Ada lagi nama baru yang gw dapatkan hari ini, namanya John James Audubon (26 April 1785 - 27 Januari 1851)

hahaha siapa pula dia? gw juga baru denger pagi ini, cek markocek, oooo ternyata kata wiki
(btw kombinasi yang maknyus bukan? umpan lambung dari mbah google diselesaikan dengan taktis oleh sundulan oom wiki)
Singkatnya John James Audubon tu seorang imigran Perancis yang pada akhirnya menjadi tokoh Amerika Serikat. Beliau itu adalah seorang naturalist dan Pelukis, tapi kayaknya lebih ke pelukisnya ya? soalnya kalo kita search di google picture, yang muncul banyakan hasil-hasil lukisannya yang kebanyakan bertema alam.

Yah lumayan pagi-pagi dah dapet wangsit baru dari mbah google.. btw, kapan nih dapet wangsit t*gel 4 nomer mbah?? hehehe




Audubon by John Syme, 1826

[info film] Super Size Me




Info film yang mungkin agak telat tapi semoga bisa berguna terutama buat yang belum tau atau udah tau tapi mulai lupa tentang bahaya junkfood yang kini mulai dominan dan tersebar di tengah-tengah masyarakat (dengan segala kebaikan yang mereka tawarkan). Film ini dibuat tahun 2004 tapi apa yang diceritakan masih sangat relevan dengan dunia per junkfood an yang ada saat ini (khususnya di tanah air)

jadi.. tetap waspadalah..

silakan download disini :

http://www.indowebster.com/SuperSizeMeDvDrippart1.html

Minggu, 24 April 2011

Waduh Pak, bayar dulu pajak bandaranya..




Alkisah pagi ini gw sedang tergopoh-gopoh mengejar jadwal pesawat paling pagi yang akan membawa gw dari Lombok menuju Jakarta, dan pemandangannya seperti biasa, di ruang bandara Selaparang Mataram-Lombok yang tidak besar, dipadati oleh ratusan penumpang yang sibuk dengan urusan keberangkatannya di pagi buta itu.

Nah, gw yang sudah di check-in kan tiketnya menggunakan jasa mas-mas travel agent otomatis tinggal berkepentingan menembus pintu pemeriksaan (plus scanner) kedua. Namun ditengah padatnya manusia di ruangan tersebut, antrian 1 baris pun terlihat absurd, melihat ada ruang kosong disebelah, ya sudah gw berdiri disitu dengan pertimbangan (dan pembenaran karena memang secara aturan melanggar aturan antri) ga memungkinkan lagi kalo gw ikut antrian yang sudah ada, toh gw pikir disaat antrian gw yang dah agak telat itu, kalo pesawat dah mau berangkat, nanti akan ada mas-mas petugas yang berteriak-teriak memanggil para penumpang yang masih belum terangkut naik ke pesawat, dan salah satunya yang terjebak antrian semrawut seperti yang gw alamin ini. Secara, (sekali lagi pembenaran gw nih hehe) gw mencoba memanusiawikan pola antrian yang memanjang seperti ular ditengah hiruk pikuk yang tidak efektif itu.

Namun setelah gw berdiri dengan tertib di tempat baru gw, ehh.. bapak-bapak disebelah gw (mungkin karena memang benar) komen, "ini antrian jadi dua ya??" dengan nada menyindir (mungkin ke gw), pikir gw, kalo dia bilang langsung ke gw ya gw akan jelasin baik-baik (tanpa ngotot menjadi yang benar karena emang jelas tindakan gw ga benar) kalo udah ga memungkinkan gw antri di ujung belakang yang ntar bakal ngalangin orang keluar masuk (lagian kenapa ga bapak itu berinisiatif membuat barisan baru ntar pasti gw ikutin). Kadang terlalu kaku ikut aturan tanpa ngeliat situasi juga akhirnya ga beres juga kan. Tapi sekali lagi gw tegaskan memang tindakan gw ini patut dinamakan membuat antrian baru alias kurang (jika menggunakan perlembutan kata "tidak").

Waktupun berlalu, dan orang-orang mengikuti gw untuk antri dibelakang gw, tapi toh tetep aja ada orang-orang yang lebih rusuh nyelaknya daripada gw. Dan si Bapak bijak itu berkicau lagi "orang Indonesia memang paling susah diajak tertib n teratur".
Hmmm.. pikir gw, itu kalimat yang mungkin beratus-ratus kali (kalo belum sampe seribu) gw denger dari mulut orang Indon sendiri. hehehe ada apa nih sama orang Indonesia??
Merasa tau diri, gw ga mau deh ngeduluin bapak-bapak itu, ya udah gw kasih duluan, sekilas dari tiketnya terlihat bahwa beliau ini bukan orang sembarangan (pikir gw, mungkin ini orang yang bisa merubah Indonesia ke arah yang lebih baik), terbukti dari tiket Garuda Indonesia kelas Executive yang dipegangnya.. wow.. baru kali ini seumur hidup gw liat tiket GI executive class.

Ya udah deh, merasa kelas gw makin kebanting, gw makin ikhlas mendahulukan beliau-beliau ini, tapi ternyata batin gw mendadak merasa berkata "haduuhh bapak idola ku, kok anda melakukan hal-hal remeh temeh seperti ittuuuu (diucapkan dengan nada prihatin)", Ternyata eh ternyata, si Bapak belum bayar pajak bandara, ehh beneran tuh? (dalam hati gw ga percaya saat petugas pemeriksa mengatakan ke bapak yang terdiri dari 2 orang itu), eh ternyata beneran. Mungkin beliau terlalu sibuk hingga sudah antri sedemikian lama dan memegang erat prinsip baiknya namun lupa akan hal dasar tersebut.

Nahloo, kalo dah gini gimana?? sejenak gw mikirin, waduh jangan-jangan demi menjaga prinsip antrinya ntar bapak ini akan kembali ke antrian yang mengular itu karena ga pingin menyelak hak orang lain. Haduuuhh



Kamis, 21 April 2011

ratapan orang bokek

andai tetesan bensin yang terbuang saat mengisi bensin itu dari seluruh Indonesia dikumpulkan untuk tangki bensin motor bebekku, mungkin aku tak akan pernah perlu keluar uang cuma buat isi bensin

Rabu, 20 April 2011

film ? (baca : tanda tanya)


Barusan gw nonton film ? (baca : tanda tanya) di 21 Bintaro Plaza, sebuah film yang katanya kontroversial itu, dan memang segala kontroversinya memberikan buah manis tersendiri bagi Hanung Bramantyo cs dari segi antusiasme penonton. Dari mana gw tahu hal itu? simple aja, siapa juga yang bisa menjamin bahwa ibu-ibu prototype rumpiers alias yang bermodel tukang rumpi gitu bakal hadir nonton film yang di spanduknya cuma bergambar grafis tanda tanya besar tanpa embel-embel tulisan berarti. Pasti mereka taunya dari cek n ricek, kabar-kabari, atau para lelembut sebangsanya yang memberitakan bahwa film ? itu diprotes banyak pihak dan elemen masyarakat yang merasa tergores oleh jalan cerita film tersebut yang menurut mereka (yang identitasnya dicatut Hanung) bukan menggambarkan mereka yang sebenarnya, lalu yang sebenarnya gimana? di koran ada sih mereka menjabarkan panjang lebar, tapi gw males ngebacanya karena pada akhirnya mereka menginginkan dirinya ditampilkan dalam diri yang seideal yang mereka mau, jadi karena gw males baca korannya, jadi gw ga tau apa maunya mereka dan pada akhirnya gw ga bisa bercerita tentang topik itu disini.

Terlepas dari kehadiran para ibu-ibu yang menurut gw mereka memasang cara menonton ala layar tancep yang bebas berhaha-hihi selepas-lepasnya pada hal-hal yang sebenarnya ga urgent untuk ditertawakan, dan pada akhirnya membuat orang-orang yang bener-bener pingin nonton n pingin tau "apa sih maunya hanung di film tanda tanya ini" jadi terusik. Tapi biarlah, Hanung cs pasti ga peduli sama penderitaan gw n yang dia pikirin sama kehadiran para rumpiers itu yang penting dah pada bayar tiket n kasnya makin menggembung (konon dalam 5 hari penonton film ? mencapai 100.000 orang dan entah berapa prosentase para ibu-ibu bokis yang nonton film ini karena takut dibilang ga happening sama temen-temen PKKnya), tapi ya salah gw juga nonton di jam ibu-ibu beroperasi.

Oke tentang film itu sendiri, overall gw bilang bagus. sebelumnya gw ngomong gini cuma sebagai konsumen akhir dari sebuah produksi film bukan berbicara sebagai pakar.
? dikemas dengan baik, jauh lebih baik daripada film Hanung terakhir yang pernah gw tonton, yaitu "ayat-ayat cinta".
Dari adegan-adegan yang ditampilkan, gw baru tau ternyata Hanung tuh hobi banget ngambil adegan dari tempat-tempat yang sedikit tidak wajar (mungkin untuk alasan artistik), di beberapa titik awal bagus memang, tapi lama-lama pengambilan gambar untuk Menuk masuk rumah aja diambil dari atas plafon yang kebetulan ada sekat-sekat sempitnya (cuma adegan itu aja yang gw inget) dan ada beberapa lagi sih (kalo ga mau disebut banyak) dan sekali lagi kalo sering-sering itu jadi agak mengganggu, mungkin bagus tapi kadang disaat-saat tertentu penonton awam seperti gw juga pingin disuguhkan scene pengambilan gambar yang wajar-wajar saja, dan capek kalo diajak eksplorasi angle terus.

Dan apa yang bikin ? juga bagus dan sangat jauh diatas rata-rata film Indonesia lainnya adalah cerita-cerita non verbal yang disampaikan, bagaimana pengambilan gambarnya menangkap suasana kota tua yang menjadi lokasi cerita film dari awal sampai akhir, hal itu bagus. Entah pakai ilmu apa dia bisa seperti itu.

Tema, nah sekarang kita bicara tema, yang diangkat didalam film juga adalah sesuatu yang bisa dikatakan berani untuk "dijual" di pasar Indonesia yang terkenal sensitif untuk bersenggolanpun (ingat istilah senggol bacok?). dan sialnya bagaimana cerita tersebut dibangun juga bagus, tapi memang sebaiknya sebelum nonton film ini kita baca dulu sinopsisnya karena ceritanya benar-benar tidak dimulai dari awal (dan itu bagus). Namun biarpun tema dan pembangunan ceritanya bagus, kritik juga gw layangkan pada (IMHO) kurang blendingnya adegan per adegan dalam film itu, udah bagus, tapi sangat sayang kalau masih terasa kurang halus. Kalo menurut gw lagi nih, hal itu mungkin karena penghayatan para pemain film yang masih belum maksimal (ga kurang, udah cukup tapi masih bisa dioptimalin kalo bisa dimaksimalin lagi) jadi emosi yang tertangkap adegan per adegan itu berbeda dan pada akhirnya jadi kayak kumpulan cerpen berbeda cerita (tapi itu kalau mau dirasakan dengan perasaan yang super sensitif, kalo ibu-ibu bokis itu ga tau deh ngerasain hal yang sama ato ngga hehe). Dan satu lagi, film ? ini juga ternyata terkena penyakit kronis yang banyak menyerang film-film manapun itu, bahkan hollywood, yaitu ending yang justru antiklimaks.

Antiklimaks gimana? hmm tapi ini menurut pendapat saya lho ya (dan gw yakin sama ini), Bagaimana cerita dibangun dengan indah dan penuh logika masuk akal, di beberapa adegan seperti saya bertanya "masak sih ada orang Muslim mau jadi peran Yesus di sandiwara pra paskah?" tapi ternyata kalo dipikir-pikir, si fulan bin fulan yang berprofesi sebagai pemain film kelas bawah itu dalam keadaan yang sangat terjepit keadaan ekonomi nya sampai-sampai ga punya tempat tinggal dan tidur di masjid setiap harinya, dan dia memang tidak menjual akidahnya kok, jadi dia cuma bener-bener cari nafkah dari situ, kalau dia ga gitu dia ga bisa apa-apa, dan pasti akan ada pertanyaan "emang ga ada pekerjaan lain?" kalau di film itu, digambarkan bahwa dia benar-benar sudah terjepit keadaannya. jadi selalu ada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang gw ajukan sepanjang film. Namun untuk bagian akhir si pemeran utama, Soleh, yang menjadi Banser dan sedang mengamankan ibadah umat katholik di sebuah gereja menemukan bom yang disimpan dibawah kursi jemaat. Kekurangan adegan (yang seharusnya klimaks) ini,

pertama : Bomnya kok diperlakukan sangat kasar sekali sama si Soleh, cara diangkat, dibawa lari sedemikian rupa, sebagai orang yang sangat awam dengan dunia teknis bom, gw cuma bisa bertanya, apa ga meledak duluan tuh bom?

kedua : Bom itu adalah bom waktu lengkap dengan alat penghitung mundur digitalnya, tapi sumpah gw ga tau kalo pas Soleh nemuin, bom itu dah mau meledak (n makanya dia dengan serampangannya mengambil dan membawa lari bom itu kayak bawa bungkusan kado ulang tahun aja), gw ga tau bom itu mau meledak karena di alat itung mundur digitalnya ga keliatan angka apa-apa, malah kayak mati. kayak kalkulator mati jadinya. ato mungkin dia nyala, tapi kamera ga bisa menangkapnya karena nyalanya kalkulator itu kurang kuat. seharusnya kalo mau dibikin dramatis, pake itung mundurnya pake alat iluminating ala kalkulator-kalkulator jaman dulu itu, jadi terang.

ketiga : terlepas dari masalah bom, oke deh si Soleh akhirnya berkorban demi umat agama lain dan dia menemukan jawaban bahwa itulah Jihad yang sebenarnya (menurut film ini). tapi adegan dia membawa lari bom dengan scene dramatis, dan pada akhirnya meledakkannya bersama dirinya terasa sangat 'merusak' apa yang telah dibangun dengan baik dari awal. terlalu heroik, dan kurang dimanusiawikan. Saya juga heran mengapa Hanung memilih untuk mengakhiri filmnya dengan kisah seperti itu.

Tapi ya sudahlah apapun itu, apa yang telah dipersembahkan oleh Hanung Bramantyo cs dalam filmnya ? itu sudah sangat memuaskan untuk ukuran film Indonesia. gw harap kedepannya akan lebih banyak bermunculan film-film berkualitas sama atau bahkan lebih asal jangan kurang.

Selasa, 19 April 2011

Ling-ling


Suatu sore aku berniat untuk pergi ke pantai yang agak jauh dari tempatku tinggal untuk bermain ombak, namun karena motorku satu-satunya sedang "bermasalah", akhirnya kuputuskan untuk menggunakan sarana transportasi umum yang selama ini tak pernah kulirik sedikitpun, Bemo.

Berkat kebaikan hati seorang sahabat, aku tidak perlu berjalan kaki menuju 'terminal' bemo yang berjarak tidak dekat dari tempatku tinggal. Singkat cerita, sampailah aku di titik awal keberangkatan bemo, namun karena memang sedang menggunakan transportasi umum, maka aku harus menunggu untuk waktu yang bisa dikatakan tidak sebentar sampai pada akhirnya bemo tersebut benar-benar berjalan mengais meter demi meter melewati jalanan yang entah sudah berapa ratus atau bahkan ribu kali dilewatinya.

Ditengah penantian berhawa panas dan tidak menyenangkan tersebut, naiklah seorang gadis muda berwajah manis-oriental. Berpakaian tema kuning nan anggun, dan parfum dengan wangi lembut, dia duduk tepat didepanku, di mulut pintu bemo. Karena memang mungkin dia tidak ingin merasa pengap jika memilih tempat duduk agak kedalam. Sambil menggerutu dalam hati, 15 menit 'ngetem' baru aku dan dia yang jadi penumpang bemo ini. Tapi mungkin si 'ling-ling' ini membawakan ku keberuntungan, karena Bemo secara ajaib meninggalkan 'terminal' dengan kecepatan yang tidak lebih cepat dari laju Cidomo yang beberapa detik yang lalu telah mendahului. Iseng kusapa 'ling-ling', "mau kemana mbak?", dia menjawab singkat, jelas, dan herannya tidak terkesan arogan, "batulayar mas". Nada suaranya ringan dan sedap di telinga, aku hanya bisa merespon singkat "ooo.." sambil berharap dia bertanya balik tentangku. 1 menit, 3 menit, 5 menit dia tidak bertanya juga. Hmm apa yang salah denganku ya? teringat mungkin karena hari ini sejak pagi aku tak keluar ruangan dan tidak pula mandi di pagi hari, itukah dosaku terhadapnya? gumamku dalam hati.

Di sebuah jembatan perbatasan sebuah kota dengan kabupaten, tiba-tiba dia berujar sesuatu yang tidak kutangkap dengan baik karena sebuah motor berknalpot bodong membalap bemoku. Namun hati ini yang semenjak tadi kering kerontang seperti mendapatkan guyuran air segar dan dengan antusias dan dengan nada yang kubuat semanis mungkin kutanya akan pertanyaannya barusan, "maaf, mbak bilang apa tadi?". "Uangnya jatuh mas" ujarnya singkat. Air yang baru saja mengguyur hatiku tiba-tiba menguap lagi seiringku memungut 2 lembar uang lima ribu rupiah yang terjatuh karena saku celana pantaiku berlubang. Dan memang saat itu aku sengaja tidak membawa dompet dengan alasan ingin lepas dari segala kekhawatiran akan kepemilikan.

Agak frustasi perjalananku dibawa bemo dengan kecepatan cidomo gigi 2 ini, melewati sebuah gapura selamat datang disebuah kawasan wisata, seorang nenek naik dan menjadi penumpang ketiga si bemo pada sore hari yang cerah itu. Bawaan nenek yang berbakul-bakul memaksaku duduk agak kedalam untuk mempermudah proses keluar masuknya si nenek dan barang bawaannya. 'Ling-ling' pun ikut bergerak kedalam, sejenak aku merasa bersyukur akan kehadiran sang Nenek sambil mendoakannya panjang umur. Tapi didalam pun otakku buntu untuk menemukan sebuah cara bagaimana menembus kebekuan si 'ling-ling' ini, dan Batulayarpun sudah semakin dekat. Perjalanan yang sedari tadi sudah memakan waktu yang sangat panjang terasa begitu singkat bagiku karena aku menginginkan waktu yang lebih lama bersama 'ling-ling' manis berwajah oriental ini.

Nampaknya semua akan berlalu begitu saja ketika kulihat tempat tujuannya si 'ling-ling' sudah dekat, namun sebuah keajaiban terjadi ketika 'ling-ling' tiba-tiba bertanya dengan nada suara yang dari tadi membuatku terpesona tersebut. "Tinggal dimana mas? mau pulang ya?" dan dengan cepat otak ini bekerja super keras memikirkan kemungkinan ribuan jawaban super manis yang akan kupilih yang paling manis untuk kepersembahkan pada 'ling-ling'ku ini. Dengan keringat dingin yang kurasa membuat dahiku mengkilap terkena sinar mentari sore, kujawab saja "saya tinggal di dekat pantai di Kota". "ling-ling' pun tersenyum mendengarnya, dan begitu mulutku akan terbuka untuk bertanya lebih jauh, dia meminta supir bemo untuk berhenti pertanda dia telah sampai tujuan.

Dengan sigap aku tak ingin semua berakhir begitu saja, reflekku bertanya "namanya siapa mbak?", sekejap aku agak terkejut dengan keberanianku bertanya demikian.'Ling-ling' sibuk merogoh dompetnya dan sambil melirik sekilas kepadaku tanda dia sudah mendengar pertanyaanku. Setelah mendapatkan nominal uang yang dia inginkan, tepat sebelum keluar bemo, 'ling-ling' menyebutkan sebuah nama yang kali ini terdengar sangat jelas.

"Shakuntala".

Singkat. Dia tersenyum dengan sangat manis sebelum turun meninggalkanku yang heran dan diam mematung sambil tersadar, kemana perginya si nenek berbakul-bakul tadi?

Deserted


Tuhan pernah datang kepadaku, Dia tersenyum dengan cahaya terindah yang tak pernah kulihat sebelumnya, sambil menggenggam hangat tanganku dia menceritakan apa yang tak pernah ku tahu sebelumnya. Dia memberitahukanku bahwa Dia selalu bersamaku, dan tak pernah sedikitpun meninggalkanku bahkan saat seluruh manusia tak ada. Dia tidak mendendam atas dosa-dosa yang pernah kulakukan. Dia membantuku menyusun imanku kembali, melindungi dan meneduhkanku dari terik dunia.


Senin, 18 April 2011

Pergi dan tak kembali


Layangan kesayanganku akhirnya terkalahkan, setelah menebas musuh-musuhnya pada akhirnya dia terkalahkan juga, semakin menjauh dia diterbangkan angin sore, aku bisa merasakan ucapan selamat tinggalnya menggaung di telingaku. Alunan nada kesedihan dia nyanyikan kepadaku, sangat merdu dan menyayat. Dia memberikan persembahan terbaik yang bisa diberikannya kepadaku, dia terus bernyanyi dan menatapku sambil terombang-ambing menjauh terseret angin yang semakin kejam merenggutnya menjauh dariku. Nyanyiannya semakin tak terdengar seiring semakin hilangnya dia dari pandanganku. Ku diam termenung menatap ujung benang yang terputus karena sayatan tajamnya benang lawan. Tadi diujung benang ini, tersambung benang yang menghubungkan ke layanganku. Seharusnya kubisa menggenggamnya sekarang, tersenyum bangga kepadanya. Tapi sekarang entah dia ada dimana.

Minggu, 17 April 2011

Tengah malam


Ditengah malam ini, daku gelisah. Gitar yang kuambil dari 10 menit yang lalu belum satupun senar berbunyi. Dia masih berdiam menunggu aba-aba dari ku untuk bernyanyi. Seluruh kabut yang tadinya masuk ke kamarku lewat jendela yang memang sengaja kubuka semenjak matahari terbenam, kali ini sudah menganggap kamarku seperti rumah mereka sendiri. Udara dinginpun menggigitku sampai kedalam tulang, tak inginku kututup jendela jadah yang memberi ruang bagi para selingkuh untuk menusuk-nusukku. Ya, aku menunggu seorang bidadari, dia telah menjanjikan untuk datang pada malam berkabut tebal saat bulan menampakkan cahaya purnamanya dengan sangat pucatnya. Dia mengucapkan janjinya saat terakhir ku melihatnya sebelum dia pergi termakan malam gelap nan pekat, dia meninggalkan bercak darah di genggaman tanganku yang sampai saat ini belum kucuci karena kuingin menagih janjinya untuk datang menemuiku. Dia berjanji, aku yakin tidak bermimpi saat mendengarnya, noda darah ini buktinya. Kumenantinya dengan sabar. kumelihat jam, tak membantu. Malam sudah terlalu larut, kemanakah dia? menit demi menit berlalu dengan menghapus asa yang semakin menipis ini, aku menanti dan menanti. Sampai kehangatan sinar mentari pagi membangunkanku dari tidur tak bermimpi. Jendela masih terbuka, dan entah kenapa kututup segera dengan kecewa. Sampai pada akhirnya kusadari bahwa noda darah di telapak tanganku telah hilang terbersihkan.

Rabu, 13 April 2011

Tuhan...

Tuhan.. berikan jakarta akses yang mudah untuk bisa surfing

Senin, 11 April 2011

B.a.B ku.. b.A.b mu..

Kemarin gw ga BAB, maka tadi pagi gw memutuskan untuk BAB meskipun belum terlalu pengen, toh akhirnya keluar-keluar juga. Ga dikit malah. Gw ngerasa diri gw udah jauh banget dari yang namanya disiplin. Hal ini tercermin dari hal yang paling ringan n orang males nyebutnya, BAB.
Gw pernah inget waktu SMU dulu, temen gw pernah bilan, BAB tu sehatnya tiap hari, baiknya pagi hari karena tubuh abis beristirahat dan saat pagilah kita detox, pup n pipis. Terus gw tanya balik, lah kalo ga pengen gimana? dia bilang, lu pasti BAB deh no matter how few. Kalau emang sedikit yang keluar ya gapapa, ngapain juga lu mesti nunggu sampe banyak, malah nimbun penyakit.
Trus gw terima semua ocehannya itu sambil melongo "ooooh gitu" Justru kotoran kita ga baik disimpen lama-lama malah ga baik kan?
Jadi gw pengen jadikan hal ini sebagai bentuk kedisiplinan dan rutinitas pagi hari gw. Sebenernya dulu dah pernah berjalan lumayan lama, tapi hal-hal yang terjadi akhir-akhir ini di hidup gw, bikin semuanya berantakan.
Sekarang ya waktunya untuk merapikannya. dan dimulai dari BAB :-)

Minggu, 10 April 2011

Jakarta Malam Hari

Menata malam, memeluk malam. Menikmati kota Jakarta setelah 5 tahun ke terdampar di Surga. Jakarta bukanlah surga, namun di malam hari, dia mendekati nilai-nilai surga. Keheningan dalam pelukan dingin malam, memacuku untuk menulis mengeluarkan apa yang ada di dalam kepala, benak, dan jiwaku. Meniti surga yang kumaksud memang takkan pernah datang, namun aku akan terus mencari. terus..

Kamis, 07 April 2011

............

Joko Tingkir Ngumbah Manuk
Bojo Mangkir.. Turu dikeloni nyamuk

Selasa, 05 April 2011

Kanan kiri depan belakang

Pagi yang hectic, memerlukan sebuah kualitas pembelahan otak. Mana yang kiri, mana yang kanan, membebaskan yang tersumbat, eh tunggu.. itu dibawah ada yang sedang deadline. Ugh, ternyata memang kualitas kita baru terbukti saat kita diuji dengan persoalan. Ada untungnya juga ya, sisi positif dari sebuah masalah.
menunggu istri yang sedang berdandan juga bisa membutuhkan banyak kualitas dari diri kita, sekedar memposisikan bahwa 'saya adalah dia' belumlah cukup, sebuah musik yang menenangkan juga diperlukan.

dan atas semua ini, aku tak ingin lari :)