Rabu, 30 November 2011

Pengalamanku dengan Cantengan

Ini adalah sebuah cerita dari pengalamanku dari tanggal 15 - 21 Oktober 2011.

Cantengan yang menimpa jempol kaki kananku ini memang berjuta rasanya, dan jempol kaki kanan ini memang bukan yang pertama kalianya dia berulah. 6 tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 2005 masehi, dia sudah berulah dengan mengundang bisul untuk sejenak singgah di kediamannya. Yang mana hal itu berimplikasi lumayan hebat bagi diri ku sebagai "pemilik kos" dari badan ini. Singkat cerita melalui proses bedah kecil, tamu tak diundang itu berhasil diusir secara tidak halus. Kehidupan pun kembali normal.

Nah, pada tahun 2011 ini, si jempol kaki kanan ini kembali mengundang teman berandalnya, yang sekarang ini bernama Cantengan. Cantengan ini terjadi karena kuku yang patah akibat bermain futsal, yang normalnya biasa terlepas (Aku sudah terbiasa dengan kuku patah dan lepas pada kaki akibat bermain futsal, sepakbola, ataupun naik gunung, yang berujung copot kuku) dengan munculnya kuku baru. Namun kali ini, kuku yang sudah patah itu, memberontak karena tindak represif yang kuwujudkan dengan bermain futsal. Singkat cerita, kuku patah itu terdorong masuk menusuk daging, hal itu terjadi pada hari sabtu lalu (15 Oktober 2011), dan memang dampaknya telah sedikit terasa. Sehabis menendang, ada sesuatu yang tidak beres dengan jempol ini. Namun, aku memutuskan untuk membiarkannya sambil berharap keadaan membaik dengan keajaiban yang sering ditimbulkan oleh mekanisme penyembuhan alami tubuh ini. Namun pada hari senin sore sepulang berenang, si jempol nyut-nyutan dengan sangat hebatnya. Nampaknya dia sedang menggelar party dengan teman tak diundangnya itu, walhasil ku kompres air hangat garam pekat, plus obat pereda rasa sakit macam ibuprofen, tetrachlin, dan dexametashon pun ikut turun tangan. Sekilas, rasa sakit memang berkurang, walaupun dari penampakan sang jempol sendiri ada perubahan bentuk dengan terjadinya swelling up alias bengkak. Tapi aku tak peduli sambil tetap berharap semua kejadian akan selesai dengan sendirinya.

Selasa (18 Oktober 2011), rasa sakit berkurang, dan pada hari Rabu (19 Oktober 2011), titik dimana rasa sakit hampir tidak terasa (obat masih kuminum dengan rutin), iseng-iseng, ingin ku copot tuh kuku yang udah mati yang bikin gw nyut-nyutan selama ini, dengan cara mengongkak-ongkek si kuku berharap akarnya akan terlepas pelan-pelan, namun hal itu ternyata yang pada awalnya terlihat seakan-akan akan berjalan dengan sesuai harapan (kuku semakin renggang), namun pada akhirnya, rasa sakit yang sudah hilang itu muncul kembali. Dalam porsi yang meningkat skalanya, dan terus meningkat. rupanya saat aku mengongkak-ongkek itu, luka akibat tusukan kuku, menjadi tambah parah. dan infeksi.

Hari kamis (20 Oktober 2011) aku menjalani kuliah dengan berjalan agak terpincang-pincang, dengan kembali berharap bahwa semua akan kembali normal, sambil berjanji dalam hati untuk tidak melakukan tindakan ongkak-ongkek lagi. FYI, aku minum obat bukan hanya untuk menghilangkan rasa sakit, namun itu karena tindakan pencabutan kuku (yang memang konon adalah suatu tindakan wajib atas cantengan) tidak bisa dilakukan dalam keadaan bengkak atau inflamasi. Okelah.

Kamis malam, aku harus pergi ke lombok untuk mengunjungi istri, karena tiket memang sudah dipesan dari jauh hari, sepanjang perjalanan ke bandara adalah perjalanan yang sangat menyiksa. karena aku memakai sepatu kuliah, jempol ini semakin menggila saja rasa nyut-nyutannya. Dan kembali di Lombok, pada kamis malam, aku tiba pada larut malam. Obat sudah hanya tersisa satu kali minum saja, dan keesokan harinya aku ke apotik ditemani istri untuk membeli obat. Namun pada saat sholat jum'at, jempol ini sudah dalam kondisi yang tak tertahankan. Padahal sudah minum obat. dan terlihat ada bayang kuning dibalik kuku, yang kucurigai sebagai nanah, tapi agak ragu juga karena sempat kuberi revanol sebelumnya. Setelah jum'atan, rasa sakit sudah tak tertahankan. Kuputuskan untuk pergi sendiri ke RS Bhayangkara untuk melakukan tindak cabut kuku. RS Bhayangkara jugalah yang melakukan operasi bedah kecil atas bisulku 6 tahun yang lalu. Dan yang menarik, pada saat aku hendak mendaftar ulang di loket (kartu pasienku yang dulu sudah hilang), ternyata kusadari bahwa sendal yang kugunakan di kaki kanan ujungnya basah. Guess what? Nanah telah menetes lewat ujung kuku.

Wah.. kalo gitu aku datang pada saat yang sangat tepat. langsung tanpa ampun, saati itu juga tekadku telah bulat untuk bertindak, dan langsung aku diarahkan ke IGD (instalasi Gawat Darurat), di IGD aku disambut oleh pak dokter yg juga polisi beserta perawat-perawatnya, sambil kumenjelaskan kronologinya. Setelah melihat kondisi sang jempol yang hampir OD karena party liarnya. Mereka sempat mengatakan, "kok baru dibawa sekarang mas?", dan kujelaskan bahwa kondisi ini memburuk baru dalam 24 jam terakhir. Dan aku minta untuk dicabut segera kukunya, dan mereka pun menyetujuinya.
Dan akupun berjalan menuju ranjang bedah. disana aku menunggu dan memandangi serta memfoto sang kuku yang sebentar lagi akan dieksekusi, tampak tetesan nanah dari sela-sela kuku muncul. Entah itu tanda dia menangis atau meledek. Tak lama Sang dokter dan perawatnya(lebih tepatnya algojo) pun muncul. TUtup tirai, sambil mengatakan, ga terasa kok mas, cuma pas disuntiknya sakit dikit.

Aku tidak percaya sama kata "dikit" yang dia ucapkan, karena pengalamanku soal suntik bius saat operasi bisul dulu mengatakan hal yang sebaliknya. Sakitnya sampai ke ubun-ubun. Maka Aku pun mempersiapkan untuk kondisi sakit terburuk yang akan ku terima. Dengan standar minimal, sama dengan sakit yang kuterima akibat suntikan jarum saat operasi bisul dulu.

Dan memang benar. Suntikan pertama itu rasa aduhai luar biasa HELL!!! sambil kurekam / video proses operasinya, aku berusaha untuk tidak berteriak atau malah meronta. berusaha mengatasi kegilaan yang muncul akibat rasa sakit yang luar biasa ini. Aku disuntik di 3 titik (yang semuanya terletak didaerah bengkak), Kanan dan kiri kuku, serta bawah kuku. Darah yg muncrat akibat bengkak pun keluar, terlihat juga nanah ada didalamnya.

Dan take video pertama pun selesai pada saat aku disuruh menunggu 2-3 menit untuk memberi kesempatan pada obat bius untuk bekerja.
setelah itu take video kedua pun dilakukan pada saat sang algojo memegang alat pencongkel kuku yang meang sangat menyeramkan, dan siap untuk dimasukkan disela-sela kuku. SIALNYa, jika pada saat operasi bisul dulu syaraf-syaraf perasaku sudah bener-bener mati saat dioperasi, tapi sekarang masih terasa ngilu saat alat pencongkel pun itu masuk. Aku pun mengaduh, namun setelah ditunggu beberapa saat rasa itu masih ada, dan memang sepertinya rasa itu tidak bisa hilang karena daerah bawah kuku adalah daerah sensitif, sama seperti saat sunat dulu daerah bawah kulit penis saat sudah dibius juga terasa sensitifnya, maka mau tak mau, aku harus tahan proses ini.

Teringat rasa sakit yang cantengan ini telah berikan kepadaku, tekad dan keberanian pun muncul seketika sambil memegang handphone yang terus merekam kejadian, proses operasi pun terus dilanjutkan. Sang Algojo mencongkel sisi kiri kuku yang memang telah mati, merobek sisi tengah, dan mencabut sisi kanan yang masih sehat. Darah pun muncul, rasa sakit pun kembali harus kutahan (hoi ini biusnya kemana sih!!!??), tapi ya sudah.. setelah disiram cairan asam nitrat untuk anti kuman, nanah pun menetes disisi kiri terutama. dan setiap algojo memngelap bagian jempolku yang telah tak berkuku, rasa ngilu itu muncul. dan ternyata ada bagian kuku tengah sisa robekan tadi yang masih ada. Dan sang dokter yang sedari tadi mengawasi proses operasi, menyanggah pendapatku bahwa itu adalah kuku baru (yang mana aku mengucapkan ini karena takut dicongkel lagi), alhasil, sisa kuku itu dicabut. Sakit.. tapi setelahnya lega, karena itu adalah proses terakhir dari congkel mencongkel.

Kuku telah semuanya terlepas. belum ada kuku baru muncul. Jempolku botak.. dan sehabis itu diperban. Dan memang rasanya jauh lebih membaik setelah dilakukan operasi itu, bahkan sesaat setelah operasi, rupanya memang jempolku tadi sedang terinfeksi.

Dan proses take videopun berakhir saat jempol diperban (karena kuanggap sudah bukan momen menarik lagi untuk diabadikan). Malam hari terlihat rembesan nanah muncul. sempat agak khawatir bahwa perban kurang cukup untuk menahannya, namun kekhawatiran itu sirna karena ternyata sampai ku mengganti perban, nanah telah berhenti..

Dan sekarang aku kembali ke jakarta dengan jempol kaki kanan terperban. Namun jalanku sudah tak terpincang-pincang lagi. Semua melegakan setelah dijalani. Pengalama yg menarik, untuk operasi cantengannya aja harus dilakukan di lombok.. hehe OLEEE..


BTW, berminat untuk lihat video proses operasinya???

Bandar ara Inernasional Lombok



Foto ini diambil pada tanggal 20 Oktober 2011, sudah agak basi sih, namun disini aku cuma ingin memberi tahu sesuatu tentang bandara baru milik Lombok yang dibuka pada 30 September 2011, atau belum genap 1 bulan sejak tanggal pembukaannya. Aku saat itu mendarat dengan penerbangan terakhir pada hari itu, sekitar pukul 22.30 WITA, dan iseng-iseng memperhatikan gemerlap lampu bandara di malam hari dan akhirnya ketemu juga deh titik anehnya.
Coba perhatikan ya..
kemana ya huruf T-nya?? dan ada apa dengan huruf U dan D pada kata "udara"?
haduh.. mengingat bandara ini baru beroperasi seumur jagoeng, seharusnya hal-hal yang menyangkut identitas ini mendapat porsi perhatian utama. Atau aku yang salah??

tapi perlu diingat ini foto 20 Oktober 2011, sekarang sudah 30 Nopember 2011, telah banyak hari terlewati. Banyak kesempatan untuk menjadi lebih baik. Semoga semua menjadi lebih baik adanya. Atau tidak?

Menertawakan apakah?

Pernah sewaktu berjalan-jalan ke sebuah pusat perbelanjaan di depan terminal Lebak Bulus, sebut saja Carrefour (hehe), aku menemukan sesuatu yang menarik. Saking menariknya sampai-sampai mampu menarik urat cungodd-ku..

Ada sebuah manekin yang memamerkan sebuah pakaian jenis tertentu namun bukan pakaiannya yang menarik perhatian, namun sang manekin itu sendiri. Bagaimana tidak.

Coba dicek sendiri nih..


sudah keliatan kan apa yang bisa menarik urat cungodd mu? atau masih garuk-garuk kepala?

nih lebih jelasnya

Nah kan... gimana? menarik ga? nggak ya?? hehe ya itu kembali kepada kekuatan urat cungodd kalian masing-masing.

Yang pasti dunia ini sangat indah dan banyak hal untuk bisa ditertawakan, cerialah tiap harinya seperti manekin ini yang tertawa cerita tanpa henti.


Selasa, 29 November 2011

Berlari lagi

Mencoba kembali ke rel, fokus pada impian jangka pendek yang tak kunjung terealisasikan karena satu dan lain hal. Bukan mimpi yang mahal memang, namun perlu urat fokus baja dan tekad yang sekokoh beton untuk tetap tak goyah berada di jalurnya.

Lari 10k
Nampak seperti sesuatu yang mustahil bagiku sampai kumelihat siapa-siapa saja peserta nya di video-video yang ada di youtube.com, jika anda juga menonton klip-klip tersebut, rasanya anda juga akan setuju dengan saya bahwa bukan tubuh kita yang lemah namun tekad dan jiwa kita lah yang terlalu lemah untuk mau menjadi kuat. Darah siapa yang tidak mendidih ketika melihat seorang nenek 65 tahun berhasil finis dalam triathlon ironman yang merupakan jenis triathlon terberat yang ada dimuka bumi ini, dan siapa juga yang tidak makin mendidih congeknya jika mendengar interview terhadap sang nenek yang mengatakan bahwa dia rutin berlatih semenjak sembuh dari penyakit yang nyaris merenggut nyawanya pada 10 tahun yang lalu, alias umur 55 tahun. Wah, berarti kita (seperti aku yang berumur 28 tahun) belum terlambat dong? ya belum lah!
Untuk itu hari ini aku mulai untuk berlari, mencoba melatih raga kembali. Setelah lama vakum karena dulu memang aku pernah berlatih tapi karena hilang fokus karena berbagai hal yang menimpaku dalam hidup, kali ini aku mencoba kembali. Tubuhku akhirnya kembali kupaksa bergerak, setelah minggu sebelumnya berlari sambil berselancar jiwa di sepanjang pantai barat pulau lombok, sekarang saatnya drilling. Lintasan lari Universitas Mataram pun coba ku jajal, kalau misalnya satu putaran lintasan lari standar (yang mengelilingi lapangan bola) adalah sepanjang 400 meter, maka kira-kira untuk mendapatkan jarak 10 km, aku harus berlari sebanyak 25 putaran. Alamaakkk...
Tapi entah kenapa tadi aku bertekad untuk menempuh jarak 10 km tersebut, entah apa yang menggerakkanku. Aku mulai berlari pada pukul 8.50 WITA, cuaca cerah dan matahari pastinya sudah mulai meninggi. Sampai 3 putaran semuanya masih oke, namun selanjutnya, perjuangan telah dimulai. Sengatan matahari pukul 9 pagi menjelang siang, turut menghambat langkah-langkah kakiku, sampai pada putaran ke-8 delusion akibat sengatan matahari mulai muncul, namun seperti yang kita semua tahu, semua itu hanyalah menyerang otak. Satu-satunya yang harus kita jaga adalah otak, mati-matian aku menjaga agar otak ini tetap waras tanpa membiarkannya mengeluh sedikitpun oleh apa yang kualami.

Hey otak!! nurut kamu!! dan pastinya menguasai cara otak bekerja tidak semudah itu, tapi pada akhirnya putaran kesepuluh pun berhasil, pertanda 4km telah kulalui, sorry, hari ini cuma kuat berlari 10 putaran. Tapi angka tersebut adalah rekorku seumur hidup.. hehe memang terlalu dimanja selama ini tubuhku ini. Angka 25 putaran pun masih diawang-awang, mungkin selama di lombok aku tidak akan berhasil mewujudkannya namun yang pasti aku tak akan membiarkan angka yang telah berhasil kucapai menurun kembali (karena menaikkannya pasti akan membutuhkan usaha yang luar biasa bikin males).

Tapiiiiii, semua itu ada harganya, begitu sampai di rumah, jempol kananku yang tempo hari habis operasi ekstraksi kuku karena infeksi, ujungnya menghitam pertanda ada luka dalam yang terjadi... Hadeeeh, moga-moga tidak bertambah parah.

Senin, 28 November 2011

Jogging Sepenuh Jiwa di Pantai Barat Lombok

Di suatu hari saat ku berkesempatan menghabiskan waktu liburanku yang hampir 3 minggu di pulau lombok, aku sudah lama ingin mewujudkan impian (sorry ya kalo pemilihan katanya agak hiperbolik) lawas yang telah terpendam bertahun-tahun di benak ini.

Bukan sesuatu yang muluk, sangat sederhana, yaitu berlari / jogging di jalan aspal pesisir pantai lombok barat (antara Senggigi sampai Bangsal), tentu tidak sepanjang jalan itu akan kulahap dengan berlari, akan kuambil 2 titik start dan finish yang masuk akal dengan kekuatanku, dengan sajian pemandangan yang paling indah. Maka, saat kesempatan dan kemauan sedang dapat bekerjasama, akhirnya pada pukul 9 WITA pagi hari kupacu sepeda motor menuju pantai mangsit, setelah kuparkir di warung nasi pinggir pantai yang kebetulan kukenal pemiliknya, tanpa membuang waktu (karena hari sudah semakin panas) aku berjogging-ria menuju titik yang telah kutentukan, Pantai Malimbu. Jogging kali ini terasa sangat soulful, karena aku dikelilingi oleh bukit-bukit hijau dengan kesunyian maksimal, sesekali motor atau mobil lewat, sesudah itu sepi lagi. Kaki terus bekerja keras untuk membawa tubuh ini ke tempat tujuan, namun pikiran ini berkelana menuju zona-zona waktu tertentu, masa lampau untuk mengingat semua kejadian yang pernah kualami terutama saat setahun terakhir, zona khayal atau mungkin masa depan dimana semua mimpi masih terus kupupuk, dan sesekali kembali tersadar bahwa aku sedang berlari. Semua berputar silih berganti, merefresh otak dan jiwa yang penuh beban. Sungguh hal ini sulit kudapat saat berada di Jakarta atau kota besar lainnya, sehingga aku harus mencari cara untuk bisa melakukan soul surfing ketika berada di kota-kota besar tersebut, atau jiwaku akan berkarat. Sesekali aku mendengar dan membiarkan jiwaku mengeluarkan seluruh keluhan dan bebannya, sambil menyadari apa yang sedang kuhadapi. Dan pada akhirnya, seluruhnya berujung indah. Jiwa ku memang telah lama menginginkan untuk didengar. Saat itulah saatnya.

Bunyi serangga, lonceng sapi, dan gergaji mesin dikejauhan mengiringi jogging ku di pagi menjelang siang hari itu. Jalan aspal yang menyisiri pantai di barat pulau lombok ini terhampar mengikuti naik turunnya lekuk bukit dan lembah, yang berarti medan jogging yang kutempuh pun demikian adanya. Bisa ditebak, aku kewalahan menempuhnya, walau rasa lelah ini terseka oleh indahnya pemandangan pantai saat stamina ini telah nyaris terkuras untuk mendaki jalan menanjak sampai di punggung bukit, tetap saja, kaki pun ikut nyut-nyutan saat melewati trek menurun. Alhasil, joggingku berhasil melewati 2 bukit, dari 3 yang direncanakan. Ya, aku terhenti karena kelelahan di Desa Lendang Luar, padahal setelah desa ini adalah desa Malimbu, tempat finish yang seharusnya, tapi apa daya, tubuh ini sudah terlalu lama dimanja sehingga medan tempuh yang ada telah berhasil membuatnya berteriak ampun minta berhenti. Akupun segera memutar balik tepat sebelum bangunan Sekolah Dasar Negeri 1 Desa Lendang Luar, perjalanan kembali lebih banyak kutempuh dengan berjalan kaki, sekali lagi kukatakan bahwa tubuh ini (terutama bagian kaki) telah minta ampun minta dikasihani. Sampai di Pantai Mangsit aku beristirahat diatas dipan bambu sambil bercengkrama dengan orang-orang sekitar, dan pada akhirnya hampir saja tertidur saat rebahan menikmati masa liburan, terhembus sejuknya angin pantai dibawah rindangnya pepohonan, pagi menjelang siang pada hari itu memang teramat cerah.

Sekilas terbayang bahwa hari itu sebenarnya adalah hari kerja dimana normalnya akupun beraktifitas, tetapi tidak dengan hari ini. Teman-teman sedang sibuk dengan pekerjaannya di sana, aku tertidur diatas dipan ini. Tak lama ku terbangun dan bergegas kembali menuju Mataram.

Ngebut! karena hujan rintik segera mengguyur...

Sabtu, 26 November 2011

Nuansa Pagi Kota Kecilku

pagi yang mistis, kabut pagi nan dingin menyelimuti kotaku, membuatku teringat akan antusiasme pagi di kota ini saat awal ku menginjakkan kaki disini dahulu, seorang bapak paruh baya yang baru pindah di kota ini terlihat berjalan masuk kerumahnya baru saja menikmati suasana pagi baru olehnya. Persis seperti yang pernah kualami 6 tahun lalu, pagi hari yang selalu membawa semangat baru, pagi yang selalu membangunkanku mendahului terbitnya matahari, dan pagi yang selalu kuikuti dengan seksama kehadirannya di depan rumah dinas reot tempat dimana kenanganku tertinggal dengannya selama setahun lebih. Mengikuti perlahan kegelapan tersingkirkan oleh datangnya terang, sampai pada akhirnya lalu-lintas di tikungan kecil jalan depan rumah menjadi ramai, tanda harus bersiap beraktifitas harian.Saat ini aku telah meninggalkan kotaku ini, hidup memang tidak selalu sesuai dengan yang kita inginkan. Namun, pagi ini, kumerasakan aura yang telah lama hilang kehadirannya. Aku ingin merasakan aura ini dengan lebih sering, terbangun pagi di tempat baru, merasakannya lagi dan lagi.

Jumat, 11 November 2011

Menunggu waktu - midnight express - vegetarian temporer

Hehe.. kembali menulis ditengah malam, nyaris pukul 2 dini hari. Bukan tanpa sebab aku masih begadang sampai jam segini, karena tubuh ini sudah merengek untuk diistirahatkan dari beberapa jam yang lalu. Namun, sebuah request dari yang terkasih yang berada di pulau seberang sana memintaku untuk membangunkannya pukul 3 dini hari WITA (yang mana itu berarti pukul 2 WIB), sebentar lagi nih. Celakanya, permintaan lugu itu disampaikan pada pukul setengah 12 WIB. Yah, gagal deh tidur. Tapi ga papa, demi "Nyai" apapun akan kulakukan (termasuk menjual baju-celana.. :p)

Ada sedikit cerita tentang perenungan diri yang ingin dibagi di tulisan ini, FYI sekarang aku sedang menjalani Ujian Akhir Semester (UAS) 8, menandai hampir setahun ku menjalani lanjutan perkuliahan ini dari 2,5 tahun yang direncanakan. Beberapa mata kuliah lumayan bisa, beberapa setengah gagal, 1 disinyalir GATOT (tinggal berharap pada keberuntungan dan kebaikan Pak Dosen). Tapi hidup terus berjalan toh? Dan setelah beberapa lama mendengarkan musik dari sebuah band legendaris bernama Extreme, dan mengagumi sebuah lagu yang berjudul "midnight express", akhirnya setelah hampir 10 tahun sejak aku menemukan kaset bekasnya di Taman Martha Tiahahu (taman deket terminal Blok-M), aku berusaha mencoba memainkannya dengan gitar.

Cerita ini sebetulnya cukup mudah ditebak, dengan tingkat skill bergitar yang dari dulu pas-pasan (namun penuh ambisi), plus masa hiatus bergitar yang terjadi semenjak ku menginjakkan kaki di pulau Lombok dan menetap disana selama hampir 6 tahun dan akhirnya kembali ke bumi ibukota lagi, jari-jariku bak seorang jompo yang mencoba untuk berkompetisi adu lari seratus meter melawan seorang remaja (ting-ting).

Tapi it's fun... semua itu ternyata meremajakan jiwa yang selama ini terlalu nyaman dinina-bobokan. Oh iya, ada juga terpikirkan hari ini untuk serius memulai untuk detoksifikasi dengan menjadi vegetarian temporer, hal itu berawal dari saat akan berangkat ke kampus di pagi hari, iseng membuka kulkas kutemukan buah belimbing titipan nenek (kangen juga ketemu dia), seketika terbesit tanya "kapan terakhir ku makan buah?" yang mana aku tak menemukan jawabnya, alias memang sudah lama sekali. Bahkan kalau mau dievaluasi pola menu makanku beberapa waktu terakhir ini, jarang ada unsur sayur didalamnya. Pantas saja tubuh ini rasanya jadi berat, maka kuputuskan tekad (ya.. ini baru tekad) untuk menjadi vegetarian temporer, yang mana hari ini pun aku telah gagal untuk menjadinya (karena tadi siang makan ikan). Hmm.. Sebuah hari yang cukup menarik bagiku, entah mengapa walaupun secara obyektif ga beda dengan hari-hari sebelumnya.

Aneh. Tapi tulisan ini harus diakhiri karena aku harus membangunkan si Dia yang ada disana.

"cinta memerlukan hati yang luas untuk menampungnya, bersegeralah.. namun bersabarlah terhadap prosesnya"