Selasa, 12 Juni 2012

Tentang Rinjani via rute Torean


Nama Torean selama ini memang lekat dengan Gunung Rinjani dimana Torean adalah nama sebuah Dusun kecil yang termasuk dalam wilayah Desa Loloan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Sejak lama Torean dikenal sebagai salah satu pintu masuk menuju Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), namun Torean tidak pernah sepopuler Sembalun dan Senaru yang telah memiliki pamor sebagai pintu masuk resmi TNGR, namun Torean juga tidak berada selevel jalur-jalur Rinjani "minor" lainnya, seperti Jeruk Manis, Benang Stokel, atau jalur resmi terbaru Timbanuh. Torean sejak lama telah digunakan oleh masyarakat lokal sebagai "jalur singkat" untuk tembus langsung menuju Danau Segara Anak, biasanya memang untuk keperluan memancing atau keperluan pengobatan dengan mandi di mata air panas yang terdapat di beberapa titik di jalur ini. Namun, seringnya terjadi longsor membuat jalur ini kurang populer dimata para pendaki, terutama mereka yang datang jauh dari luar lombok. Namun juga, cerita dari mulut ke mulut tentang keindahan pemandangan yang ditawarkan sepanjang perjalanan yang menyusuri lembah kokok putih menuju danau juga membuat kepopuleran jalur Torean tidak lantas tertelan bumi, jadilah jalur Torean menjadi sesuatu yang misterius layaknya tersembunyi di balik kabut tebal. Informasi di internet mengenai pendakian jalur ini pun tidak pernah sampai pada titik yang informatif dan memuaskan, bahkan Lonely Planet pun tidak cukup mengakomodirnya. Kebutaan informasi ini memberi nilai tambah pada rasa penasaran untuk menjelajah jalur satu ini, minimal sekali seumur hidup lah :)

Dusun Torean


Oke, pertama untuk mendaki Rinjani via jalur Torean perlu diketahui bahwa kebiasaan para penduduk lokal yang biasa berangkat memancing adalah berangkat pukul 5 pagi dan sampai danau pukul 12 siang (7 jam), dan mengingat kondisi jalanan menuju Torean rusak parah, maka ada baiknya kita menuju Torean sehari sebelum hari pendakian. Untuk menuju Torean bisa menggunakan jasa ojek dari Loloan, tarif 30-40rb, jika malam tarif mungkin akan naik. Waktu di Torean bisa digunakan untuk mencari porter yang mana adalah penduduk setempat. Mungkin karena jalur Torean ini sangat sepi dilalui oleh pendaki jenis wisatawan (seperti sembalun - senaru), maka harga jasa porter di Torean ini lebih mahal dari para rekan sebayanya di tempat lain, kisarannya 100-150rb per hari/orang, belum lagi jika ada porter yang menerapkan harga borongan per antar (sampai danau). Semuanya bergantung pada hasil negosiasi kita, dan untuk tempat menginap, kita bisa tidur di berugaq milik warga / porter yang ada untuk malam itu. 

Keesokan paginya perjalanan dimulai, lebih pagi lebih baik. Jika perjalanan menggunakan kecepatan pendakian yang normal, seharusnya kita bisa tiba di danau sebelum gelap. Rute perjalanan nanti akan menempuh dengan zona yang terbagi dalam 3 kategori, yaitu :

1. Ladang perkebunan jagung warga 10%, 
2. Hutan 45%,
3. Lembah - tebing terjal 45%. 

Sumber mata air banyak terdapat sepanjang jalan, terutama di hutan. selama perjalanan di hutan ini yang perlu diwaspadai adalah adanya beberapa percabangan jalan dimana untuk para pendaki yang baru pertama kali melewati jalur ini mutlak memerlukan jasa porter sebagai penunjuk jalan. Pacet juga banyak hinggap di kaki para pendaki (termasuk saya) yang kurang terlindungi, memang kurang berarti sih akibatnya karena toh darah yang dihisap juga cuma sedikit, namun jika memang anda ingin benar-benar terhindar sebaiknya anda mempersiapkan alas kaki yang tertutup. 

Tips perjalanan ini, adalah untuk tidak terlalu banyak beristirahat di hutan, karena medan lembah dan tebing jauh lebih berat dan naik turun. Rute Torean memang tidak memiliki pelawangan yang merupakan titik tertinggi sebelum kemudian turun ke danau. Namun jalurnya naik turun sehingga membuat para pendaki yang baru melaluinya akan dihinggapi rasa lelah berlebihan. Maka hematlah waktu untuk digunakan beristirahat di medan lembah dan tebing yang terjal ini.

Tepat sebelum pos 1 dulu pernah berdiri (sekarang hanya berupa tanah agak lapang dan tak ada lagi bangunan apapun berdiri), ada mata air berupa air terjun / mancur kecil yang bisa kita gunakan untuk tempat mengisi perbekalan air,




perjalanan masih dilanjutkan dengan menempuh medan hutan dengan segala naik turunnya :)  dan menjelang keluar zona hutan, kita akan melihat keindahan air terjun Penimbung. Air terjun ini berketinggian vertikal kira-kira 100 meteran lebih.


Sayangnya saya tidak tahu bagaimana cara untuk turun kesana, namun sepertinya kalaupun ada jalurnya akan memutar jauh. 

Selepas air terjun penimbung, kita akan memasuki zona lembah, dan disinilah keindahan jalur Torean yang selama ini banyak tersiar menjadi terbukti. Namun dibalik keindahannya, rute yang ditempuh juga menjadi sangat berat dibanding zona sebelumnya. 


Setelah dibuat frustasi oleh naik turunnya relief bukit kita akan turun dan menyeberangi sebuah sungai dengan air yang dapat diminum (bukan Kokok Putih), sungai kecil nan deras dengan susunan batu yang bisa dikatakan acak-acakan ini biasa digunakan untuk mengisi bekal air atau beristirahat serta sholat bagi para pendaki. Setelah melewati sungai ini kita akan bertemu dan menyebrangi sungai Kokok Putih. 

kokok putih
Air yang mengalir di Sungai ini adalah air danau segara anak, bisa diminum, namun tidak banyak para pendaki yang meminumnya dengan alasan rasa yang kurang oke. Lepas dari kokok putih kita akan terlepas dari rute bukit yang naik turun namun rute perjalanan akan sangat menanjak dengan kecuraman 45-60 derajat, di beberapa titik bahkan lebih curam lagi. Sesampainya di puncak punggungan berarti kita telah melewati bekas longsoran besar sehingga kita harus menyisiri sisi sebaliknya dengan jurang dibawahnya juga. Mengerikan, namun masih bisa dilalui.

Kita akan menempuh jalur menurun tangga vertikal, dan menyebrangi sebuah sungai belerang kecil (berair agak hangat), disini adalah persimpangan menuju Gua Taman. Gua ini bisa dimasuki dan penampakan luarnya cukup menyeramkan dengan banyaknya gantungan kain-kain putih di sekitar pintu masuknya. Gua ini memang biasa digunakan sebagai tempat peribadatan oleh umat Hindu yang berziarah disini. Pintu masuk gua sangat kecil, sehingga kita harus merayap untuk memasukinya. 

gua taman
Perjalanan akan terus menanjak dan kita akan tiba di persimpangan Gua Susu, hal ini ditandai dengan adanya sebuah pemandian / genangan air belerang panas dengan gelembung udara yang muncul dari dalam tanah. Namun walaupun bergelembung layaknya air mendidih, air ini tetap bisa dipakai untuk berendam, dan banyak pendaki lokal menggunakannya untuk alasan kesehatan. Goa Susu terletak sekitar 200 meter dari tempat ini. Perjalanan selanjutnya adalah tetap kembali "ngetrack" jalur mendaki sampai menuju danau. Jarak dari persimpangan goa Susu menuju Danau Segara Anak sekitar 1 km lagi. 

Lepas dari bukit menanjak, yang sepertinya tak ada akhirnya, kita akan tiba di Danau, namun hati-hati menginjak "ranjau darat" akibat ulah para pendaki yang kurang bertanggung jawab BAB sembarangan.

Selepas sungai tempat kita bisa minum, perjalanan akan keKita juga akan melihat banyak air terjun dan suara air di kejauhan 

8 komentar:

  1. Jalur Torean ini memang sangat indah. di tengah2 perjalanan kita dapat melihat air terjun.
    jalannya tidak terlalu nanjak tpi beresiko besar klo tidak hati hati karna terjal..

    thanks bro udh share tentang Rinjnai via Torean.

    BalasHapus
  2. mas, ada info kontak porter via torean kah?

    BalasHapus
  3. Mau kontak porter torean juga pak

    BalasHapus
  4. Mau kontak porter torean juga pak

    BalasHapus
  5. ada yang punya kontak porter torean ?

    BalasHapus
  6. Ada kontak porter via torean mas ?

    BalasHapus
  7. Minta info jalur Toren untuk tahun 2019 dong, apa jalur ini sudah mulai di expedisi tahun tahun 2019 ini ?

    BalasHapus