Rabu, 30 November 2011

Pengalamanku dengan Cantengan

Ini adalah sebuah cerita dari pengalamanku dari tanggal 15 - 21 Oktober 2011.

Cantengan yang menimpa jempol kaki kananku ini memang berjuta rasanya, dan jempol kaki kanan ini memang bukan yang pertama kalianya dia berulah. 6 tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Ramadhan tahun 2005 masehi, dia sudah berulah dengan mengundang bisul untuk sejenak singgah di kediamannya. Yang mana hal itu berimplikasi lumayan hebat bagi diri ku sebagai "pemilik kos" dari badan ini. Singkat cerita melalui proses bedah kecil, tamu tak diundang itu berhasil diusir secara tidak halus. Kehidupan pun kembali normal.

Nah, pada tahun 2011 ini, si jempol kaki kanan ini kembali mengundang teman berandalnya, yang sekarang ini bernama Cantengan. Cantengan ini terjadi karena kuku yang patah akibat bermain futsal, yang normalnya biasa terlepas (Aku sudah terbiasa dengan kuku patah dan lepas pada kaki akibat bermain futsal, sepakbola, ataupun naik gunung, yang berujung copot kuku) dengan munculnya kuku baru. Namun kali ini, kuku yang sudah patah itu, memberontak karena tindak represif yang kuwujudkan dengan bermain futsal. Singkat cerita, kuku patah itu terdorong masuk menusuk daging, hal itu terjadi pada hari sabtu lalu (15 Oktober 2011), dan memang dampaknya telah sedikit terasa. Sehabis menendang, ada sesuatu yang tidak beres dengan jempol ini. Namun, aku memutuskan untuk membiarkannya sambil berharap keadaan membaik dengan keajaiban yang sering ditimbulkan oleh mekanisme penyembuhan alami tubuh ini. Namun pada hari senin sore sepulang berenang, si jempol nyut-nyutan dengan sangat hebatnya. Nampaknya dia sedang menggelar party dengan teman tak diundangnya itu, walhasil ku kompres air hangat garam pekat, plus obat pereda rasa sakit macam ibuprofen, tetrachlin, dan dexametashon pun ikut turun tangan. Sekilas, rasa sakit memang berkurang, walaupun dari penampakan sang jempol sendiri ada perubahan bentuk dengan terjadinya swelling up alias bengkak. Tapi aku tak peduli sambil tetap berharap semua kejadian akan selesai dengan sendirinya.

Selasa (18 Oktober 2011), rasa sakit berkurang, dan pada hari Rabu (19 Oktober 2011), titik dimana rasa sakit hampir tidak terasa (obat masih kuminum dengan rutin), iseng-iseng, ingin ku copot tuh kuku yang udah mati yang bikin gw nyut-nyutan selama ini, dengan cara mengongkak-ongkek si kuku berharap akarnya akan terlepas pelan-pelan, namun hal itu ternyata yang pada awalnya terlihat seakan-akan akan berjalan dengan sesuai harapan (kuku semakin renggang), namun pada akhirnya, rasa sakit yang sudah hilang itu muncul kembali. Dalam porsi yang meningkat skalanya, dan terus meningkat. rupanya saat aku mengongkak-ongkek itu, luka akibat tusukan kuku, menjadi tambah parah. dan infeksi.

Hari kamis (20 Oktober 2011) aku menjalani kuliah dengan berjalan agak terpincang-pincang, dengan kembali berharap bahwa semua akan kembali normal, sambil berjanji dalam hati untuk tidak melakukan tindakan ongkak-ongkek lagi. FYI, aku minum obat bukan hanya untuk menghilangkan rasa sakit, namun itu karena tindakan pencabutan kuku (yang memang konon adalah suatu tindakan wajib atas cantengan) tidak bisa dilakukan dalam keadaan bengkak atau inflamasi. Okelah.

Kamis malam, aku harus pergi ke lombok untuk mengunjungi istri, karena tiket memang sudah dipesan dari jauh hari, sepanjang perjalanan ke bandara adalah perjalanan yang sangat menyiksa. karena aku memakai sepatu kuliah, jempol ini semakin menggila saja rasa nyut-nyutannya. Dan kembali di Lombok, pada kamis malam, aku tiba pada larut malam. Obat sudah hanya tersisa satu kali minum saja, dan keesokan harinya aku ke apotik ditemani istri untuk membeli obat. Namun pada saat sholat jum'at, jempol ini sudah dalam kondisi yang tak tertahankan. Padahal sudah minum obat. dan terlihat ada bayang kuning dibalik kuku, yang kucurigai sebagai nanah, tapi agak ragu juga karena sempat kuberi revanol sebelumnya. Setelah jum'atan, rasa sakit sudah tak tertahankan. Kuputuskan untuk pergi sendiri ke RS Bhayangkara untuk melakukan tindak cabut kuku. RS Bhayangkara jugalah yang melakukan operasi bedah kecil atas bisulku 6 tahun yang lalu. Dan yang menarik, pada saat aku hendak mendaftar ulang di loket (kartu pasienku yang dulu sudah hilang), ternyata kusadari bahwa sendal yang kugunakan di kaki kanan ujungnya basah. Guess what? Nanah telah menetes lewat ujung kuku.

Wah.. kalo gitu aku datang pada saat yang sangat tepat. langsung tanpa ampun, saati itu juga tekadku telah bulat untuk bertindak, dan langsung aku diarahkan ke IGD (instalasi Gawat Darurat), di IGD aku disambut oleh pak dokter yg juga polisi beserta perawat-perawatnya, sambil kumenjelaskan kronologinya. Setelah melihat kondisi sang jempol yang hampir OD karena party liarnya. Mereka sempat mengatakan, "kok baru dibawa sekarang mas?", dan kujelaskan bahwa kondisi ini memburuk baru dalam 24 jam terakhir. Dan aku minta untuk dicabut segera kukunya, dan mereka pun menyetujuinya.
Dan akupun berjalan menuju ranjang bedah. disana aku menunggu dan memandangi serta memfoto sang kuku yang sebentar lagi akan dieksekusi, tampak tetesan nanah dari sela-sela kuku muncul. Entah itu tanda dia menangis atau meledek. Tak lama Sang dokter dan perawatnya(lebih tepatnya algojo) pun muncul. TUtup tirai, sambil mengatakan, ga terasa kok mas, cuma pas disuntiknya sakit dikit.

Aku tidak percaya sama kata "dikit" yang dia ucapkan, karena pengalamanku soal suntik bius saat operasi bisul dulu mengatakan hal yang sebaliknya. Sakitnya sampai ke ubun-ubun. Maka Aku pun mempersiapkan untuk kondisi sakit terburuk yang akan ku terima. Dengan standar minimal, sama dengan sakit yang kuterima akibat suntikan jarum saat operasi bisul dulu.

Dan memang benar. Suntikan pertama itu rasa aduhai luar biasa HELL!!! sambil kurekam / video proses operasinya, aku berusaha untuk tidak berteriak atau malah meronta. berusaha mengatasi kegilaan yang muncul akibat rasa sakit yang luar biasa ini. Aku disuntik di 3 titik (yang semuanya terletak didaerah bengkak), Kanan dan kiri kuku, serta bawah kuku. Darah yg muncrat akibat bengkak pun keluar, terlihat juga nanah ada didalamnya.

Dan take video pertama pun selesai pada saat aku disuruh menunggu 2-3 menit untuk memberi kesempatan pada obat bius untuk bekerja.
setelah itu take video kedua pun dilakukan pada saat sang algojo memegang alat pencongkel kuku yang meang sangat menyeramkan, dan siap untuk dimasukkan disela-sela kuku. SIALNYa, jika pada saat operasi bisul dulu syaraf-syaraf perasaku sudah bener-bener mati saat dioperasi, tapi sekarang masih terasa ngilu saat alat pencongkel pun itu masuk. Aku pun mengaduh, namun setelah ditunggu beberapa saat rasa itu masih ada, dan memang sepertinya rasa itu tidak bisa hilang karena daerah bawah kuku adalah daerah sensitif, sama seperti saat sunat dulu daerah bawah kulit penis saat sudah dibius juga terasa sensitifnya, maka mau tak mau, aku harus tahan proses ini.

Teringat rasa sakit yang cantengan ini telah berikan kepadaku, tekad dan keberanian pun muncul seketika sambil memegang handphone yang terus merekam kejadian, proses operasi pun terus dilanjutkan. Sang Algojo mencongkel sisi kiri kuku yang memang telah mati, merobek sisi tengah, dan mencabut sisi kanan yang masih sehat. Darah pun muncul, rasa sakit pun kembali harus kutahan (hoi ini biusnya kemana sih!!!??), tapi ya sudah.. setelah disiram cairan asam nitrat untuk anti kuman, nanah pun menetes disisi kiri terutama. dan setiap algojo memngelap bagian jempolku yang telah tak berkuku, rasa ngilu itu muncul. dan ternyata ada bagian kuku tengah sisa robekan tadi yang masih ada. Dan sang dokter yang sedari tadi mengawasi proses operasi, menyanggah pendapatku bahwa itu adalah kuku baru (yang mana aku mengucapkan ini karena takut dicongkel lagi), alhasil, sisa kuku itu dicabut. Sakit.. tapi setelahnya lega, karena itu adalah proses terakhir dari congkel mencongkel.

Kuku telah semuanya terlepas. belum ada kuku baru muncul. Jempolku botak.. dan sehabis itu diperban. Dan memang rasanya jauh lebih membaik setelah dilakukan operasi itu, bahkan sesaat setelah operasi, rupanya memang jempolku tadi sedang terinfeksi.

Dan proses take videopun berakhir saat jempol diperban (karena kuanggap sudah bukan momen menarik lagi untuk diabadikan). Malam hari terlihat rembesan nanah muncul. sempat agak khawatir bahwa perban kurang cukup untuk menahannya, namun kekhawatiran itu sirna karena ternyata sampai ku mengganti perban, nanah telah berhenti..

Dan sekarang aku kembali ke jakarta dengan jempol kaki kanan terperban. Namun jalanku sudah tak terpincang-pincang lagi. Semua melegakan setelah dijalani. Pengalama yg menarik, untuk operasi cantengannya aja harus dilakukan di lombok.. hehe OLEEE..


BTW, berminat untuk lihat video proses operasinya???

6 komentar:

  1. Kak, aku kmrin bru abis operasi bedah kuku nih gara2 cantengan cuma karna takut aku gak berani liat gmana d cbut nya. Upload video ny dong kak:D

    BalasHapus
  2. Aku punya obat kuku cantengan hasil racikan dokter spesialist kulit. Saya juga pernah mengalami bagian jempol tangan, sangat menyiksa berkat obat itu Sekarang sdh sembuh alhamdulillah.
    mau lihat resepnya klik di http://www.obatkuku.blogspot.com

    BalasHapus
  3. Aku baru cabut kuku rasanya sakit pas disuntikk kak

    BalasHapus
  4. Aku baru cabut kuku rasanya sakit pas disuntikk kak

    BalasHapus