Minggu, 07 Juni 2009

Bertolak dari Kasus Ambalat

Ngeliat perkembangan situasi akhir-akhir ini di tv tentang issue Ambalat yang jadi sengketa antara Indonesia dan Malaysia sedikit banyak bikin gw was-was plus gemes, gimana bisa negara sebesar Indonesia dengan penduduk 250 juta bisa "kalah gertak" sama negara kayak Malaysia yang statistik fisiknya mungkin bisa lu cek sendiri sama oom google. Indonesia yang memiliki kondisi sejarah HAM yang carut marut dimasa lalu, militer yang sudah menjadi rahasia umum pernah membantai rakyatnya sendiri (jadi otomatis kan galak-galak tuh) bisa kalah dalam statistik persenjataan dengan Tentara Diraja Malaysia, apa yang salah dengan negara gemah ripah lohjinawi ini? mungkin bait pertanyaan terakhir gw terdengar bodoh sekali, karena itu adalah pertanyaan ulangan yang ke sekian juta kali muncul ke permukaan tentang "keganjilan" negara yang seharusnya bisa menjadi Adidaya macam Indonesia ini, ibarat main sebuah game FM, mungkin Indonesia ini adalah klub sepakbola dengan kondisi keuangan yang makmur, namun transfer budgetnya kecil, dan itu mengakibatkan minimnya prestasi tim itu sendiri, konflik internal pengurus klub yang berimbas pada tersendatnya laju klub, dan tidak lupa korupsi yang selalu menggerogoti klub kaya itu sendiri. statistik yang menunjukkan bahwa keunggulan jumlah Alutsista Indonesia dibandingkan dengan Malaysia (walaupun jika dibandingkan dengan rasio wilayah yang luas hal ini masih sangat kurang bagi Indonesia) namun hal itu belum ditilik lebih jauh kepada kelayakan dan kecanggihan yang sekali lagi semua itu berada dalam kondisi yang membuat miris. seorang teman pernah bilang ke saya, "yang layak tempur itu cuma 50%, udah gabungan darat, laut, udara" , saya timpali "kata siapa?", dia jawab lagi "kata berita". yah mungkin cuma dari berita di televisi saja sumber bahan obrolan kita selama ini, tapi apakah berita di televisi itu 100% bohong, kayaknya ini harus jadi pembelajaran dari kita semua untuk gimana caranya meningkatkan WIBAWA dari negara ini, pastinya tanpa kehilangan identitas kita sebagai Indonesia, gw ga pingin Indonesia meniru kemajuan Jepang ato Paman Sam dengan membabi buta sehingga sifat kehilangan keindonesiaan kita, maksud gw, kita mungkin harus bekerja keras macam orang-orang workaholic di Jepang itu, tapi janganlah kehilangan sifat "santai" dan "humoris" kita sebagai bangsa Melayu yang notaben emang "suka bercanda". kembali ke masalah Ambalat ini, sejauh ini gw masih salut sama TNI yang berani muncul di garis depan mempertahankan kedaulatan negara ini, walau sebenarnya Malaysia dengan kapal perangnya yang lebih modern masuk wilayah Indonesia (mungkin mereka juga menganggap bahwa wilayah yang mereka lintasi itu masih wilayah mereka, karena ini sengketa) yang hanya beberapa kilometer persegi ini (namun konon kaya akan minyak bumi didalamnya), tapi kondisi ini apakah harus dibiarkan terus-menerus, melihat kasus Ambalat lebih dalam lagi, akan menguak dimensi yang lebih luas lagi mengenai ketertinggalan bangsa ini dibandung hanya berkutat di sekitar perebutan wilayah yang tidak terlampau besar ini, borok-borok multiagenda yang menunggu untuk diselesaikan oleh presiden terpilih 2009-2014 nanti, siapapun dia, tidak boleh menutup mata dalam hal ini, gw rasa rentang masa kerja presiden terpilih nanti itu adalah masa kerja yang bener-bener krusial, apakah bisa membawa bangsa ini kearah yang lebih baik (beserta wibawa bangsa yang ikut terangkat), ato akan tetap menjadi manusia dewasa yang idiot yang akan selalu menjadi bahan olok-olokan anak kecil yang masih ingusan macam Malaysia atau bahkan Singapura itu, kebangkitan bangsa ini berawal dari keinginan tiap individu WNI itu sendiri, ini adalah tanggung jawab kolektif yang harus diemban di tiap pundak anak bangsa, ga usah mikir terlalu jauh dalam hal ini, sekarang tugas kita semua, adalah meng upgrade diri kita sendiri menjadi SDM yang bisa bersaing dengan SDM bangsa lain, cukup sudah WNI selalu minder jika berhadapan dengan WNA, hal ini adalah borok yang harus diobati segera, oleh kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar