Kamis, 19 Mei 2011

Gula, Manis, & Kebahagiaan...


Hari ini tubuh gw mengalami over asupan gula, karena memang seharian porsi konsumsi gula gw diatas ambang normal. Sebenernya hal ini bukan suatu yang terlalu jadi perkara buat gw n body. Tapi pacar merangkap bini gw yang entah kenapa bakal berdiri di baris terdepan menentang semua affair gw sama semua yang berasa manis itu. Bercerita tentang hal yang manis, saat si Dia tadi dengan gegabahnya menambahkan sirup rasa ... (gw lupa) sebanyak 3 crott kedalam segelas teh tarik berukuran small (di 7eleven) pada akhirnya berakibat teh tarik gw menjadi oversweet dan kembali gw yang menjadi korban dengan gak bisa menikmati teh tarik sampe puas karena dibredel sama si Dia (dengan alasan takut nanti diabetes). Siapa yang salah coba? tapi terlepas dari konsumsi gula gw hari ini, sepanjang perjalanan pulang naik motor (si Jagur) gw jadi kepikiran, "sudah cukup maniskah hidup gw?"

Seperti apa sih hidup yang manis itu? seperti teh tarik gw barusan kah? seiring dengan molekul-molekul glukosa yang mulai berkelana di pembuluh darah gw, pikiran dan khayalan gw tiba-tiba melayang menuju Paris Hilton.



Jeung Paris ini terasa manis juga hidupnya (dari kacamata gw sebagai wong cilik), terlahir di sebuah keluarga yang memang sudah kaya raya, tak pernah ada kata mengeluh dalam hal materi, terasa manis sekali buat gw. Ngebayangin ke arah situ aja ga pernah (atau mungkin ga berani). Tapi apakah jeung paris sendiri sudah merasa manis dalam hidupnya? nah itu mungkin cuma Jeung Paris dan Tuhan yang tahu. Terlepas dari semua kontroversinya, Paris Hilton adalah manusia biasa yang juga mencari kebahagiaan. Karena mungkin secara materi dia semenjak lahir terpenuhi (overdosis malahan mungkin) dia merasa hal itu bukanlah suatu barometer kebahagiaan lagi, sehingga dia mencari jalan lain untuk membahagiakan dirinya sendiri, dengan perbuatan-perbuatan kontroversialnya mungkin. tapi kontroversial menurut siapa? menurut gw? iya lah. Lha wong kerjaannya cuma hura-hura, ngabisin duid, dsb dsb yang kalo gw pagi-pagi buka laptop konek internet n kebetulan baca berita tentangnya, malah bikin dada gw makin tipis karena keseringan dielusin.

Duid oh duid, mengapa engkau masih menjadi barometer kebahagiaan yang penting bagiku? tidak bisakah diriku ini disulap bertukar posisi dengan Jeung Paris. Mungkin saja dirinya akan lebih bahagia menjadi diriku seorang mahasiswa yang agak kadaluarsa dengan bebas berjalan-jalan kemana-mana tanpa paparazzi yang mengikuti yang mana juga keberadaannya cuma bikin risih.

Sebaliknya gw malahan seneng kalo ada yang ngikut-ngikutin poto-potoin gw. Hehe.. Tengah malem gini emang pikiran semakin liar melayang. Memikirkan Paris Hilton dengan segala kegemilangannya disana.

Ps. Btw menurut si Dia, jeung Paris juga berada di dalam posisi mencari kebahagiaan. Yang pada akhirnya gw simpulkan, manusia emang kalau belum berhenti bernafas yang namanya kebahagiaan itu tidak akan berhenti di satu titik. Makanya itu, tercipta kata "bersyukur" (klise dan kembali ke titik nol)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar