Kamis, 19 Mei 2011

BB

Terpikir waktu gw mau bayar obat panadol (masih di 7eleven) di kasir, gw bareng n berpapasan sama seorang pria 30an awal (sepertinya) dengan gaya yang kalau boleh gw tebak, dia bekerja di sektor swasta kalau ga pengusaha ya pegawai tingkat manajer deh. Dengan teman wanita, pacar, atau istri disebelahnya yang sibuk dengan BB-nya sang pria yang sedang membayarpun tak lama mengeluarkan BBnya dan hanyut didalamnya sampai proses pembayaran barang-barang belanjaannya menjadi tumbal karenanya (tersendat maksudnya).

Gw mikir, dengan persenjataan gw 2 buah HP Nokia yang bisa dibilang berfitur sangat dasar (sms dan telpon) dengan segala keterbatasannya (itupun hp satunya boleh minjem dari adek gw bwt memfasilitasi telpon-telponan sama si Dia), jelas gw bukan tandingan si Oom Parlente satu

ini. Lalu timbul naluri manusia gw, saat giliran gw membayar, apa perlu gw juga ber BB an seperti si Oom tadi? kalau dari segi kebutuhan sih rasanya gw ngga / atau belum perlu. Tapi mungkinkah kebutuhan itu muncul saat gw memilikinya atau dengan kalimat lain perasaan butuh muncul setelah gw memiliki BB atau minimal smart phone jenis lainnya?

Agak mengusik dan mengganjal di kepala sih pertanyaan itu, tapi sekembalinya ku kemeja dimana si Dia sedang menunggu obat yang gw beli (si Dia lagi sakit flu). Melihat wajahnya aku jadi bertekad... "Gw belum perlu gadget gitu-gituan, masalahnya uangnya dari mana tong? inget utanglu masih banyak"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar