Dan aku pun berpacu untuk menyelesaikan hutang pekerjaanku semaksimal yang kubisa.
Rabu, 15 Desember 2010
15 Desember 2010
Surat Pembebastugasan diriku dari instansi ini telah kuterima, biasanya ini adalah bahasa halus untuk suatu pemecatan. Tapi untukku ini jalan menuju kebebasan, tanpa merugikan pihak manapun :)
14 Desember 2010
Dihajar delay pesawat dan insomnia ringan, membuatku tidak bisa absen pagi untuk bekerja sesuai dengan waktu yang diharapkan. Akibatnya? Potongan penghasilan seperti biasanya.
Akupun masuk setengah hari, sambil mengharapkan bisaa bekerja maksimal dalam waktu yang ada.
13 Desember 2010 - Kembali ke Jurangmangu
Hari ini adalah hari yang panjang, mengawalinya dengan sarapan nasi goreng campur mie sisa tadi malem yang sudah dihangatkan, tapi terasa sangat nikmat (entah kenapa).
Hari ini jadwalnya untuk KEMBALI ke daerah jurangmangu/bintaro sana untuk melakukan proses daftar ulang demi melanjutkan masa perkuliahan yang kuidamkan sebagai ajang 'membeli' waktu untuk lepas sejenak dari rutinitas pekerjaan.
Hal pertama yang harus kuhadapi adalah bagaimana membiasakan diri dengan lingkungan kampus yang telah kutinggalkan lebih dari lima tahun. Namun entah mengapa semuanya terasa sulit saat ku berada di tengahnya, asing dan sangat tidak bebas. Tapi segera kuinsaf bahwa mungkin ini harga yang harus dibayar dan dilewati untuk bisa mencapai cita-cita yang kuinginkan. Salah satu contoh kecilnya, dimana aku diharuskan mengganti celana dari jenis jeans ke celana bahan (yang untungnya telah kusiapkan semuanya dari rumah).
Namun bukan itu permasalahan utamanya, karena aku masih harus menghadapi ketidaksiapan (aku belum tega menggunakan kata 'ketidakprofesionalan') panitia dalam menyingkapi pendaftaran yang entah mengapa justru membludak di hari pertama (untuk rentang waktu yang tersedia '10 hari' ini adalah sesuatu yang diluar dugaan), dari sistem pengantrian yang tidak jelas, sehingga urutan antran yang menjadi amat membingungkan, sistem pendaftaran yang menggunakan media elektronik tersebut juga sempat down. Sehingga aku yang datang sejak pukul 10.30 baru bisa selesai pukul 14.30, namun hal itu perlu dicatat telah dipotong oleh waktu istirahat panitia pada pukul 12.00 - 13.00 (walaupun efektif mulai bekerjanya pukul 13.30), mungkin karena masih gagap di hari pertama, segalanya terasa seperti lambat pada saat itu.
Hari itu kumanfaatkan juga untuk bernostalgia, pertemuan dengan seorang dosen (baca : widyaiswara) yang konon sudah 4x terkena serangan stroke sehingga kondisinya menjadi sangat berbeda dibandingkan dengan dosen-dosen lainnya. Namun entah apa yang membuat Pak Dosen ini tetap mempertahankan semangatnya untuk tetap mengajar, suatu pengabdian tanpa akhir mungkin. Yang jelas, berpapasan jalannya aku dengan pak dosen mengingatkanku pada masa-masa kuliah 9 tahun yang lalu bersama teman-teman yang saat ini sudah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia. Hormatku padamu Pak Dosen!
Selesai proses daftar ulang, segalanya menjadi tanggung dari segi waktu, rencana awal adalah selesai daftar ulang yang kuperkirakan tidak memakan waktu yang lama, aku mungkin akan berkeliling mencari kos-kosan lalu pulang ke rumahku yang mana jalurnya membelah Jakarta menjadi utara dan selatan, lalu baru berangkat menuju bandara Soetta. Namun jika kondisinya dihadapkan pada pukul 14.30, kembali ke rumah untuk mengambil pakaian-pakaian yang tertinggal mungkin bukan suatu ide yang bagus, berkeliling mencari kos juga sudah enggan kulakukan. Kuingat saat itu, di dalam tas ku sudah ada tiket pesawat Jakarta-Lombok, surat-surat semuanya lengkap. Jadi mungkin aku bisa langsung pulang ke lombok dari kampus ini, suatu hal baru bagiku. Dan akhirnya pun kuputuskan demikian, dengan membawa baju, sepatu, serta kaus kaki bokap aku pulang menuju Lombok dengan moda transportasi 'X-trans', bus tanggung yang pembelian tiketnya berada di loket khusus, dan hanya melayani penumpang yang membeli di loket-loket tersebut. Lewat BSD, Daan Mogot, dan tempat-tempat lain yang tak kuperhatikan karena kesibukanku membaca rollingstones.
Sampai bandara pun aku masih dihadapkan pada masalah klasik. Lion Air Delay!.. Dong!
Senin, 13 Desember 2010
12 Desember 2010
Bermain ke daerah cibubur, menikmati metromininya jakarta, menikmati jalan rusak (bahkan di kota besar pun), menikmati kisah, menikmati membaca berjuta pamflet dan spanduk yang 'menghias' jakarta.
Menikmati siomay pinggir jalan Kampus UKI Cawang, semuanya berawal dari menikmati membaca koran sampai sedetail yang kubisa di pagi harinya.
11 Desember 2010
Nyaris ga bangun buat dapetin jadwal pesawat jam 06.10 WITA kalau ga ada precious wake-up call. Agenda hari itu lumayan padat (di pagi harinya), setelah sampe Jakarta, langsung harus buru-buru nyampe rumah buat naruh keyboard, yang sudah cukup menyusahkan sejak proses pengepakannya, dan apalagi sekarang, saat membawanya. Untuk kemudian bergegas menuju Samsat untuk bisa ngurus perpanjangan SIM C yang udah mati dari September kemarin.
Merasa ditipu tukang taksi express sialan. gara-gara gw ga merhatiin jalan dia ngambil jalan tol dengan arah memutar (tapi sebenernya ga memutar-mutar amat sih) tapi tetep aja bukan jalan yang gw mau. Tapi ya sudahlah, toh secara ongkos juga ga jauh beda (udah gw bandingin). Adapun alasan gw milih ber priyayi ria dengan naik taksi karena bis damri yang gw tunggu-tunggu (jurusan Rawamangun) ga dateng-dateng. Sementara Samsat tutup jam 12, takut bakal macet di jalan. Namun emang dasar gw udah bermental daerah, dan ga tau keadaan jakarta yang up to date, jadi ga tau gimana keadaan lalu-lintas pada hari sabtu (tau lancar mending tadi gw nunggu bis aja dengan sabar).
Ok, singkat kata, setelah naruh Keyboard, gw langsung ke Samsat. Sampai sana gw dipusingkan dengan cara pihak kepolisian dengan melayani masyarakat sipil. Semua penjelasan serba apa adanya, kayak : "KTP kopi 3". Udah, gitu aja, abis itu ngapaian gw juga dibikin bingung. Gimana sih ini bapak-bapak polisi, tapi ya udah gw ikutin, n gw tanya lagi "disini ada fotokopi dekat pak?" dengan nada sopan (tapi ga takut). Dia cuma dengan kepalanya mengarahkan gw kesuatu arah yang dia maksud. Hmmm.. oke deh. gw ngerasa lebih waras jadi gw harus lebih sabar. setelah fotokopi (dengan disrobot oleh oknum berseragam yang entah dengan sibuknya sedang mengurus perpanjangan SIM nya siapa juga gw ga tau (kalo dibilang simnya dia pribadi, kok KTPnya ada lebih dari satu), sekilas inget tulisan di pintu masuk Samsat kebon nanas Jakarta Timur ini, kalimat aslinya gw lupa tapi intinya begini
'JANGANLAH MENGURUS MELALUI CALO (wahai kau anak manusia)..'
sorry, bagian terakhir gw nya yg lebay. ).
Selesai fotokopi kembali berhadapan dengan Pak Polisi 'simbolis' tadi karena memberi gw petunjuk dengan simbol-simbol dikepalanya. Dan dia memberi lagi pengarahan, "mas ke asuransi, bayar, kesana, kesana, kesana..." buset!!!!!! sangat singkat, padat dan TIDAK JELAS~
ya udah gw pikir, dari pada ngasi ruang buat sakit hati atas pelayanan yang apa adanya, mending gw berimprovisasi. Learning by doing, coba ke asuransi (satu-satunya petunjuk pak simbolis tadi yang jelas), tanya, diserobot calo (yang tadi), tanya lagi, dijawab, bayar suruh ke kesehatan buat cek buta warna, dokternya jutek pula (mirip barak militer pas lagi perang ini SAMSAT). Satu-satunya yang ramah cuma petugas Bank BRI (tempat setor biaya) dan bapak-bapak tempat ngambil SIM, setelah isi formulir lalu difoto oleh petugas yang sama TIDAK RAMAHNYA. Haduh, tapi gw masih bersyukur semua ini berlalu dengan cepat.
Karena soal cepatnya pelayanan, harus gw akui, Pihak kepolisian sudah memenuhi janji pelayanan yang tertulis "perpanjangan SIM 30 menit". Tapi mungkin itu juga karena janjinya ga mencakup keramahan, makanya para kru nya ga ada yang ramah. Mungkin suatu hari perlu ditambahkan soal keramahan itu di janji pelayanan. :)
10 Desember 2010
My brother's birthday. Sambil siap-siap besok buat balik ke Jakarta, untuk daftar ulang kuliah (beasiswa-sejenisnya). Sholat Jum'at ditengah suasana hujan bareng teman-teman kantor di Masjid Raya At-Taqwa Mataram. Mataram memang dalam keadaan hujan yang lebat dan lumayan sering frekuensinya.
9 Desember 2010
Kehujanan waktu berniat lari pagi di Kawasan Universitas Mataram, gak nyaman banget pagi-pagi dah kebasahan. Karena udah terlanjur, ya udah, saat hujan mereda tinggal rintik-rintik kecil, gw mencoba berlari-lari kecil.
Ternyata belum jauh jarak gw tempuh, hujan turun lagi dan deras. Berteduh lagi terpaksa. Berhubung hari itu hari kantor, jadi terpaksa hajat tak terselesaikan. Kembali lagi pulang ke rumah. (dalam keadaan basah).
8 Desember 2010
Nothing special actually about this day, kecuali mungkin ada satu yang perlu dicatat, bahwa pada siangnya gw nyobain sesuatu yang (lagi-lagi karena kebebalan gw, jadi gw anggap) baru, yaitu akupresur. Mungkin kalo ditilik dari namanya, bisa dikorek-korek kalo sebenernya didalam akupresur ini bersemayam unsur akupuntur dan sesuatu yang berhubungan sama tekanan (pressure). Awalnya gw mikir begitu.
Pas nyampe di tempatnya (akupresure bersaudara Jl. Madiun No. 6 ato 8 (gw lupa) BTN Taman Baru Mataram), langsung diperkenalkan secara singkat sama senseinya dan tarifnya juga lumayan ga murah. Rp.60ribu / jam. Tapi karena penasaran ya udah ga ada salahnya gw coba.
Ternyata yang gw rasain mirip dengan pijat refleksi, adapun instrumen yang digunakan adalah sebuah kayu kecil namun solid yang digunakan untuk bagian-bagian kaki (dan ini sebenernya inti akupresurenya). Memang ternyata menurut keterangan yang udah gw dapetin didepan tadi, akupresure itu seperti akupuntur yang nusuk-nusuk titik-titik penting tubuh dengan jarum untuk tujuan kesehatan tertentu, nah.. Akupresure mengambil prinsip itu tadi (soal titik-titiknya), tapi ya cuma di tekan-tekan. tapi itu juga udah lumayan sakit. kadang-kadang malah kata lumayannya ilang. hehe
sekitar 20 menit berkisar di bagian kaki (inti akupresure), akhirnya merambat ke wilayah tangan, punggung, dan kepala. Yang mana sisanya ini tadi cuma sebagai suplemen dari paket akupresure itu.
Secara keseluruhan, body ini rasanya enak abis di akupresure, katanya do'i bisa juga dipakai sebagai terapi pengobatan penyakit-penyakit yang kalo gw baca di listnya lumayan berat juga. Namun, ya namanya terapi ya ga bisa sekali dua kali (kata senseinya), harus rutin. Dan hebatnya ga pake obat tambahan atau bahan kimia lain.
Untuk gw yg cuma mau coba-coba waktu itu, yang dalam bahasa mereka 'untuk pencegahan', lumayan lah untuk sekali-kali dicoba. dapet nilai 7,5 untuk amusementnya.
7 Desember 2010 - Torean
Pada hari libur tahun baru Islam, waktu itu terbesit rencana untuk bisa mengelilingi lombok untuk memenuhi suatu perasaan sendu diri yang akan berpisah dengan pulau yang telah menjadi rumah keduaku selama 5 tahun kebelakang ini. Namun aku juga ingin suatu titik baru atau setidaknya suatu titik di pulau ini yang sangat jarang kusinggahi / kulewati. Akhirnya, walaupun dengan keuangan yang sedang tidak stabil di bulan ini, aku memutuskan untuk pergi ke Desa Torean (sejauh sebelum aku menginjakkan kaki di desa tersebut, hal yang aku tahu tentang torean hanyalah sebuah pintu masuk "minor" menuju Danau Segara Anak-Taman Nasional Gunung Rinjani). Dengan berkendara mobil sewaan, dengan tangki bensin terisi bensin bernominal Rp.100.000, kubergegas pergi lewat arah bayan, setelah sebelumnya sempat berhenti di pusuk untuk "sowan" ke "uwak", dan berhenti di Tanjung untuk menanyakan lokasi Torean. Perjalanan berlangsung menyenangkan, tak ada hambatan yang menghalangi ku sampai di depan Kantor Desa Loloan.
Perlu kuceritakan sedikit, bahwa dari hasil berhenti-berhenti dibanyak tempat untuk menanyakan informasi tentang tempat yang sedang kutuju, ternyata yang kuketahui adalah bahwa untuk bisa menuju Torean, kita harus berhenti di depan kantor desa Loloan, yang ternyata Torean itu sendiri bukanlah suatu Desa namun hanyalah kampung kecil (suatu informasi baru buatku), dimana untuk mencapai Kampung Torean ini, tidaklah bisa dilalui dengan mobil avanza sewaanku ini (atau mobil-mobil kota sejenisnya) karena alasan rusaknya kondisi jalan, melainkan jika tidak dengan truk (biasa untuk mengangkut hasil panen, dan akan tambah merusak jalan IMHO) atau dengan motor. Akhirnya kuputuskan pada pilihan kedua untuk menuju Torean, namun ongkos sewanya tidaklah murah (untuk ukuran ojek) Rp.30.000 pp (setelah terjadi tawar-menawar, tadinya Rp.40.000. Sang Mamang ojek bersikukuh bahwa harga tersebut sudah pantas untuk medan perjalanan yang akan dihadapi). Awalnya aku tidak percaya dengan harga yang ditetapkan, namun mengingat posisi sudah terlanjur basah (sudah kepalang tanggung) dan langit juga menunjukkan tanda-tanda akan turun hujan, maka aku setujui harga yang ditetapkan. Jadilah saya dan si Mamang berdua menuju torean dengan motor yang sepertinya sudah sangat sering dipaksa bekerja keras menghadapi dunia ^_^.
Dan Ternyata apa yang diucapkan sang Mamang benar, medannya sangat berat, dan amat tidak mungkin untuk mobil pribadi bisa melaluinya, dan jika tidak berpapasan dengan truk di tengah jalan, mungkin aku juga tidak percaya bahwa truk bisa melalui jalan ini. Angka 8 km yang sempat terlontar dari mulut penduduk lokal saat kutanya tentang jarak antara Kantor Desa Loloan (tempat aku memarkir mobil) sampai Kampung Torean ternyata benar-benar terbukti, dan itu semua harus dilalui dengan perkiraan hanya 5% saja jalan yang terasa layak untuk dilalui oleh kendaraan bermotor. Namun motor harus tetap terus melaju, mengingat jikalau turun hujan sebelum sampai Torean maka perjalanan akan jauh lebih sulit.
Sebagai gambaran, medan yang harus dilalui menuju Torean adalah jalan bertanah, hanya sedikit yang beraspal (katanya diprioritaskan untuk yang diaspal adalah jalan tanjakan) namun kenyataannya aspal yang kutemui adalah aspal-aspal yang telah hancur, yang malah membuat perjalanan tanjakan menjadi lebih sulit. Lubang-lubang di jalanan tanah yang teramat dalam, truk yang sedang turun kebawah saat berapapasan denganku mengalami kesulitan melewati jalanan sempit yang di sisi kirinya terdapat lubang besar dan panjang, terlihat, sang kernet sedang mencoba mengakalinya dengan menutupinya dengan kayu-kayu atau apapun itu untuk mencegah truknya merosot dan terjerembab. Belum lagi tak jarang ditemui tanjakan dengan sudut elevasi yang terlalu curam dengan medan jalan yang sangat buruk, sehingga mengharuskanku untuk turun sejenak dari motor dan berjalan.
Tepat sebelum sampai Torean, hujanpun turun, aku benar-benar bersyukur karena tidak harus mengalaminya saat sedang ditengah-tengah beratnya perjalanan tadi. Sempat tersampaikan informasi dari sang Mamang, bahwa Pemerintah Daerah pemekaran yang baru terbentuk ini berencana mengaspal jalan Torean-Loloan untuk bisa lebih mudah dilalui bagi para turis asing. Kesan pertama yang kudapat tentang Torean adalah sepi, dan sangat sepi, rumah-rumah sedikit jumlahnya di kampung ini, terdapat masjid yang ukurannya cukup besar dan saat itu terlihat baru mengalami renovasi.
Aku diajak mampir ke rumah salah seorang teman si Mamang, karena memang aku tadi berpesan kepadanya untuk minta dipertemukan dengan seseorang tempat aku bisa menanyakan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan jalur Torean-Segara Anak. Setelah berteduh di suatu rumah, Dirikupun diperkenalkan oleh seseorang yang bernama Usman, (aku juga berkenalan dengan sang Mamang, namun lupa namanya). Usman, adalah warga setempat yang sering bekerja sebagai guide atau penunjuk jalan jika ada turis / tamu yang datang dan ingin mendaki Gunung Rinjani.
Usman menceritakan banyak hal tentang jalur Torean yang minor ini, suatu hal yang benar-benar tidak kuketahui dan sangat menarik untuk disimak, ditengah hujan yang semakin deras, Usman mengajakku dan si Mamang untuk pindah ke rumahnya sehingga yang menurutnya lebih nyaman untuk bisa melanjutkan obrolan. karena menurutnya rumah tempat sekarang kami berbicara adalah rumah mertuanya dan sedang tidak ada orang lain disitu.
Di rumah Usman, kami melanjutkan pembicaraan pembicaraan di brugak tradisional milik keluarganya, ditengah guyuran hujan yang semakin deras, saya merasakan sebuah kehangatan dan keramahan sebuah keluarga sederhana van Torean. Karena seluruh keluarganya pun ikut bergabung dalam pembicaraan tentang jalur gunung dengan perspektifnya masing-masing, baik dari bapak yang sudah lanjut (namun dulu pernah sering naik gunung Rinjani) sampai seorang ibu yang juga mengatakan pernah berkunjung ke Danau Segara Anak. Seluruh cerita tentang pengalaman mereka kurangkum sebagai suatu pengetahuan baru tentang jalur yang masih misterius untukku ini. Dengan Suguhan kopi hitam khas lombok dan lintingan tembakau yang mereka hisap menambah suasana yang sangat orisinil saat itu.
Cukup lama aku berada ditengah-tengah mereka, dan merekapun bisa menerimaku dengan tulus, sampai tak terasa hujanpun berhenti setelah mungkin 1,5 jam turun. Dan berbekal semua informasi yang telah kudapatkan dari orang-orang super ramah, yang mungkin informasi tersebut akan kuperlukan jika suatu hari nanti akan mendaki rinjani via Torean. Akupun berpamitan untuk pulang saat waktu menunjukkan pukul 16.30 WITA
Senin, 06 Desember 2010
6 Desember 2010
Apa yang akan kamu lakukan saat dirimu benar-benar dalam keadaann terkepung oleh hujan yang turus dengan sangat derasnya, dimana kamu mendapatkan tempat berteduh yang sangat tidak representative dengan bocornya di sana-sini, membuat untuk bisa berdiri tegak demi menjaga pakaian tetap kering adalah sesuatu yang sangat mewah saat itu?
Sang Hujanpun semakin giat turun ke bumi, percikan kuatnya di atas permukaan aspal bak sebuah paku tegas untuk menggembeskan ban mobil para penjahat yang bermunculan dan hilang dalam sekejap. Tak bisa bergerak sedikitpun, bahkan untuk menggerakkan tangan pun anda akan terkena bocoran air. Namun, sekeras apapun aku berusaha, tetap saja baju ini basah terkena butir-butir halus air yang beterbangan riang tertiup angin, yang pada akhirnya membuatku mengambil keputusan untuk keluar menerjang tebalnya tirai hujan.
**bersama Jaguro kumenerjang hujan nan tebal
5 Desember 2010
Menerobos hujan dengan menghabiskan senja di Pantai Mangsit, walaupun awalnya agak pesimis bisa mendapatkan sunset yang soulful dikarenakan hujan yang terus mengguyur sejak perjalanan dari Mataram. Namun perjuangan yang telah dilakukan tidak berujung sia-sia, Gw mendapatkan lebih dari yang gw harapkan. Entah sore itu terasa sangat ajaib, dimana hujan tetap mengguyur, namun di langit hanya terhampar mendung tipis, dimana sisi barat tetap menawarkan pemandangan langit cerah seperti tidak terjadi apa-apa di bumi tempat gw berpijak.
Jadinya...
Suatu keindahan hybrid yang bisa didapatkan dari kebaikan 2 dunia berbeda (hujan dan cerah), Air pantai yang tenang, dengan ombak yang datang begitu anggun dan teratur, dimana hal ini biasanya muncul setelah hujan turun dan angin tidak bertiup dengan keras. Sinar keemasan dari mentari pun memoles sore itu dengan memantulkan cahayanya secara lembut ke permukaan air laut yang tenang, menciptakan suatu nuansa yang sangat-sangat damai. Jauh dari sifat kerasnya sebagai matahari siang, sore itu mentari menjadi sangat pengayom bagi penikmat sunset di pantai Mangsit (pantai favorit gw) yang mana sore itu hanya ada aku dan si dia.
hanya ada satu kata yang bisa menggambarkan suasanannya.. damai..
Bah dah tinggal menghitung hari..
Bekerja di pulau lombok selama 5 tahun ini memang sangat tidak terasa waktu berjalannya, yang terasa, weekend, besoknya senin, eh tau-tau dah hari jum'at lagi. Begitu yang terjadi sejak gw menginjakkan kaki dari tahun 2005.
Berhubung ane punya hajat untuk merantau ke ibukota pada akhir Desember ini, yang mana itu berarti ke"eksis"an ane di pulau ini tinggal menghitung hari aja (sedih juga), pingin rasanya ane flashback tentang apa aja yang udah ane laluin 5 tahun kebelakang. Seru banget!
Oke untuk yang pertama ini, saat-saat baru dateng dulu, tepatnya 4 Mei 2005, dengan bermodakan pesawat Lion (yang waktu itu masih pake transit di Juanda Surabaya dulu) ane mengetuk pintu pulau lombok melalui bandara Selaparang. Sekilas ane dah liat-liat di internet macam mana pulak sih ini pulau, dan ternyata apa yang ditawarkan naga-naganya bisa bikin ane betah di pulau ini.
s***sssssstt... ini juga adalah kali pertama ane naik pesawat.
Sesaat terdengar sang pramugari mengumumkan bahwa "pesawat anda akan segera landing di bandar udara Selaparang Mataram, perlu diinformasikan bahwa terdapat perbedaan waktu bla bla bla....", begitu nengok ke jendela terlihat sebuah pulau dengan bukit-bukitnya yang eksotis dipadu dengan garis pantai nan indah dan panjang dan tidak boleh dilupakan adalah balutan pepohonan yang sangat lebat disana-sini membuat kesan.. "hey i'm going to the jungle!!!"
Wah makin ga sabar nih.. sesaat setelah mendarat, karena saya adalah seorang PNS baru dengan struktur kesenioran yang cukup dapat mengayomi para newbie di tanah rantau, maka singkat kata, seorang senior yang berdedikasi pada pekerjaannya menanti saya di bandara, untuk kemudian membawa saya menuju rumah dinas nan reyot (tapi sangat berkesan dan penuh kenangan). Sepanjang perjalanan ane yang sebelumnya cuma jadi anak rumahan di ibukota terus bergumam dalam hati,
"wehehehe... gw di mataram man.. lombok.. bukan di rawamangun, jatinegara, ato pulomasss"
melewati Jl. Udayana, melewati tugu (konon namanya) t*i kuda yang sekarang sudah almarhum, melewati perempatan BI. Masuk ke Jl. Airlangga untuk kemudian berbelok menuju barat (oh iya, di Lombok juga gw jadi sadar mata angin, mana barat mana timur, utara maupun selatan karena disini penunjuk arah adalah hal demikian) via Jl. Pendidikan menuju Jl. R. Soeprapto dimana rumah dinas itu berada.
Berhubung saat itu hari sabtu, sudah sempat kepikiran untuk langsung jalan-jalan liat pulau lombok ini. tapi apa daya, ane belum punya motor saat itu. Jadi ga bisa kemana-mana, namun para kakak yang baik hati itu keesokan harinya mengajak kita untuk mampir melihat salah satu ujung tombak pariwisata lombok yang bernama Senggigi.
Bermain kano untuk pertama kali, berenang di pantai yang bersih (tahun 2005 senggigi masih jauh lebih bersih dibanding terakhir kali ane main kesana) pertama kali sejak SD waktu dulu ikutan piknik sekolah ke Ancol, dan menikmati sunset di pantai Pulau Lombok untuk pertama kalinya.
Dan mulai hari itu, cerita demi cerita pun mengalir dengan derasnya.
(lebih pede kalo gelap -5 Mei 2005- dan postur di foto ini juga sudah tidak menggambarkan kekinian sang manusia lagi)
Sabtu, 04 Desember 2010
4 Desember 2010
Bermain futsal bersama teman-teman kantor lama di suatu arena baru benar-benar bisa menjadi sebuah refreshment sekaligus moment yang tepat sebelum suatu perpisahan dengan mereka, menjadi suatu warna di hari itu selain sebuah kesembengan dari si Dia karena sebuah keterlambatan bangun dari tidur. Dan efek yoyo akan staminaku benar-benar berada di level yang agak parah, dimana jika aku berhenti sejenak (atau beberapa waktu) dalam menempa fisik (dengan berlari, bersepeda, dsb) maka dalam bermain futsal ini staminakupun akan dengan mudah habis, seperti saat tadi bermain futsal, terlepas dari aspek fun dan antusiasmeku dalam bermain dengan kawan lama dan tempat baru, body ini sudah sangat competitiveless untuk diajak berpacu. Memang dia pernah sangat bisa diandalkan dalam waktu yang tidak terlalu lama dari sekarang, saat aku rajin jogging dan beraktivitas kardio lainnya untuk persiapan triathlon (yang mana belum jadi-jadi sampai sekarang). Aku saat itu bisa berlari kesana kemari dalam bermain futsal tanpa kehabisan napas (akupun sendiri sampai heran akan hal itu), namun semua hal itu hilang dalam sekejap saat kuberhenti dari semua latihan dan kehabisan tenaga sebelum pertandingan berakhir di arena futsal terakhir. Yoyo oh yoyo
Nihon Go yang Menyulitkan
Ternyata mengucapkan lafal dalam nihon Go lebih sulit dari yang dibayangkan, untuk kasus saya hal itu muncul dalam implementasi nyanyian. Berhubung diri ini sedang gandrung-gandrungnya dengan sebuah lagu Jepang berjudul Love Song yang dibawakan oleh sebuah band bernama Luna Sea (referensi dari si Dia), maka kutempa diriku habis-habisan pada suatu malam demi berlatih dengan maksud bisa menyanyikannya (dengan iringan gitar) dengan teks dihapal diluar kepala. Namun, setelah bisa menghapalkan satu baris alinea dan memamerkannya di depan si Dia, tetap saja ada banyak ketidaksempurnaan disana-sini. Dia mengkoreksi banyak, terutama dengan cara pelafalan kata per kata. Fuuhhh.. napas panjang pun terlenguh sepanjang waktu dari diriku, namun ternyata dengan adanya koreksi, bunyinyapun terdengar lebih enak karena lebih mendekati versi orisinilnya. Pembelajaran memang selalu ada harga dan manfaatnya. :_)
3 Desember 2010
Total kuberikan my "4 and 20 hours" to her. Mencoba untuk tulus kepadanya. Namun paginya seperti tidak ada harganya.
Kamis, 02 Desember 2010
Masjid Mamba'ul Hikmah Mataram
Salam Pertama, sekilas sekilas kulihat lapangan tenis yang tak banyak berubah dibanding 5 tahun yang lalu. Salam kedua, kulihat sisi tembok masjid Mamba'ul Hikmah Jl. R. Soeprapto Mataram yang juga tetap berwarna putih polos. Begitulah suasana sembahyang di lantai dua masjid tersebut. Seperti ketika kulakukan sholat jum'at di waktu-waktu sebelum ini terutama saat ku singgah di rumah dinas pajak yang kami (para penghuninya) kenal dengan Al-Soep #11.
Setelah agak lama tidak singgah di masjid penuh kenangan ini, mungkin karena disebabkan juga oleh perasaan yang sedang melankolis karena akan meninggalkan lombok (untuk menuju Jakarta), Jum'at 3 Desember 2010 ini kuputuskan untuk menunaikan kewajiban sholat jum'at di masjid ini. Datang saat Khatib sedang asik-asiknya memberikan khotbahnya, terus terang aku tidak terlalu berkonsentrasi mendengarkannya, namun lebih melayang-layang ke 1,2,3,4 atau 5 tahun yang lalu dimana aku juga melakukan hal yang sama seperti yang sedang kulakukan. Duduk ditempat yang sama.
Sholat Jum'at, sholat maghrib (terkadang), sholat terawih di bulan ramadhan juga menjadi kenangan tersendiri, sampai-sampai kenangan akan buang air di pagi hari yang sering kulakukan di wc masjid ini atas pertimbangan kebersihan yang lebih mumpuni dibanding dengan kakus rumah dinasku.
Kenangan itu datang dengan sangat masif kepikiranku, aku sangat bersyukur telah berada di titik ini, titik dimana kumasih bisa mengenang semua keindahan suasana dimana banyak sahabat telah pergi meninggalkan, dan sedikit yang masih ada di dekat, namun ada juga sahabat baru yang muncul.
Dan sekarang aku menjadi dari salah satu yang akan pergi meninggalkan.
2 Desember 2010
Tidur siang di P.tilar ternyata nikmat, di lantai bawah kuhabiskan waktu sekitar hampir satu jam untuk memejamkan mata sejenak. Ingin kuhabiskan waktu dengan memeluk suasana yang ada, ingin merekamnya. Salah satunya mungkin dalam bentuk fotografi, mungkin ini saatnya aku menghilangkan kegagapanku akan bidang yang satu ini.
Rabu, 01 Desember 2010
1 Desember 2010
Hari terlewati dengan bernyanyi bareng teman-teman kantor di sebuah karaoke tengah kota pada jam istirahat kantor, yang ternyata berbarengan dengan rekan-rekannya si Dia. Merasa jauh dari laut, hal itu tersadarkan saat perjalanan pulang kantor menuju kos. Tersadar bahwa posisi kos yang sangat dekat dengan pantai, yang seandainya seluruh bangunan yang memisahkan kamar kosku dengan pantai diratakan dengan tanah, niscaya akan terlihat sang mother ocean (sulur kecilnya setidaknya). Besok pagi pingin mampir ke pantai Ampenan sambil bermain gitar yang akan kupersembahkan untuk sang Laut, semoga bisa bangun pagi. Esok tak kan boleh berlalu gratis, worth in everymoment. (Dengan potongan rambut baru)
ps. shitt... lupa nyuci seragam buat besok!
Senin, 08 November 2010
Makhluk itu bernama Gondes
Hari itu, Gondes si mantan atlit panjat yang juga sarjana lulusan universitas negeri paling terkemuka di pulau berencana pergi memancing. Dia hobinya termasuk banyak, selain utak-atik motor, dia juga seneng sama burung, yang mana di kamarnya tuh ada 2-3 kandang burung yang digantung di ruang nonton tivi. Bisa kebayang ga, lu nonton tivi sedangkan diatas kepalalu ada burung berkepak-kepakan sayapnya karena mungkin lagi ngeliat makhluk halus ato cuma karena laper yang pada akhirnya kotoran-kotorannya beterbangan diatas kepalalu. Itulah si gondes, makhluk panjat tebing juara III lomba panjat.
Gondes berasal dari sebuah kota kecil di Jawa Timur, dia merantau ke pulau ini untuk menimba ilmu di sebuah universitas negeri, Gondes dulu belum dipanggil gondes, sampai pada akhirnya nama itu muncul sendiri entah dari mana, dan entah kenapa gw n dia saling memanggil "gondes" satu sama lain. Tapi kondisi kamarnya sekarang dah jauh membaik dibanding saat pertama kali gw kenal dia 5 taun yang lalu, dimana saat lu masuk kamar kos sempit bercahaya suram itu, lu bakalan langsung disambut sama yang namanya kompor minyak berkarat yang kayaknya untuk bisa berfungsi wajar aja udah agak dipaksakan dan dikilik-kilik, belom lagi wadah yang dibuat dari botol plastik air mineral yang dipotong yang isinya tuh blatung-blatung yang katanya buat pakan burungnya, nah ini adalah keajaiban lain dari hobi burungnya gondes, yang mana sekarang hal itu masih dia pertahankan (dengan versi yang lebih rapih).
Orangnya unik bin ajaib, kisah perjalanan hidupnya entah mau dibilang lurus ya iya, dibilang berliku juga iya. Obsesi abadinya adalah jadi pengusaha walet, kadang orangnya juga sok tau, tapi emang dia banyak bisanya. Gondes (perlu dijelaskan bahwa ini bukan nama sebenarnya), tapi tokoh ini adalah nyata, bukan fiktif. Dia sangat bisa di andalkan. Bersama dengan ngkong (tokoh nyata lainnya yang lain waktu akan gw ceritakan) mereka selalu memberi warna dalam kehidupan. Gondes bukan seorang pemimpi yang kompleks, dia simple. Tapi entah kenapa ambisinya juga simple untuk mengejarnya, sekarang dia lagi kerja di sebuah Perusahaan Keuangan. hehe padahal dia orang teknik, yang mana waktu ngebantuin gw n unun (nanti gw ceritakan) ngecet kamar, dia sempat-sempatnya berseloroh bahwa hasil mengecat seorang sarjana tentu saja berbeda dengan orang biasa, termasuk gw dan unun tentunya. Gondes termasuk orang yang gigih mencari cinta sejatinya, banyak kisah-kisah yang gw rekam dari kehidupannya yang cukup berliku-liku, tapi sayangnya rasanya gw ga akan bisa mendapatkan izinnya untuk bisa membeberkannya dalam tulisan ini. Awal gw kenal gondes itu dalam rangka naik gunung Dewi Andjani, saat itu dia belum menjadi "gondes" seperti sekarang (atau mungkin sudah tapi blm terdeteksi), skillful dalam segala sesuatu diatas gunung, yah lumayan bisa diandalkan lah. Selanjutnya kisah pertemanan gw berlanjut sama dia, dengan belajar surfing bareng, yang mana sampe detik ini gw n dia juga cuma bisa cukup sekedar mengambil ombak. gak lebih dari itu. sampe pada akhirnya dia ngontrak rumah bareng sama gw yang mana itu cuma terjadi dalam hitungan bulan. sempet ilang kontak lama, dan pada akhirnya, sekarang menjelang gw mau meninggalkan pulau ini, gw jadi sering ketemu dia, dan kayaknya gw pingin sering-sering ketemu dia. banyak cerita lucu tentang gw saat berinteraksi sama makhluk satu ini. mungkin lain waktu akan gw jabarkan satu-satu disini.
Untuk sekarang, cukuplah tulisan ini buat gw anggap sebagai perkenalan tentang tokoh ini.
Selasa, 07 September 2010
homegrown??
Menjelang mudik setiap orang yang akan menjalaninya pasti (hampir pasti) akan merasakan suatu histeria tersendiri akan sensasi mudik tersebut, kembali ke "home" adalah sesuatu yang normalnya dinantikan sepanjang tahun oleh seorang manusia. ada yang salah?? ga ada, ga ada sama sekali. malah kalo seorang manusia tidak pernah ingin kembali ke "home" nya itu dia yang harus dipertanyakan. Namun.. ada nih yang mau saya tanyakan. menggelitik sih, apa sih arti dari home itu?? tempat untuk kembali?? tempat yang nyaman untuk kita berada?? yup itulah dia. seorang manusia dewasa (sedewasa apapun) selama dia merasakan sesuatu yang nyaman untuk ditinggali, seumur hidupnya dia akan ingin kembali ke tempat itu. tak peduli apakah dia akan menunjuk rumah orang tua, tempat nongkrong, suatu tempat eksotik, atau dimanapun itu, dia selamanya akan kembali ke tempat itu. Namun, jika seseorang ingin kembali terus ke "home" nya ataupun tinggal terus didekatnya??? hmm apakah ini suatu kewajaran dari pria dewasa. apalagi kalau itu berhubungan dengan homegrown nya, ya ampun, hidup macam apa yang diharapkan dari mereka?? apa layak suatu tempat disebut "tempat untuk kembali" saat sepanjang waktu kita hanya berteduh di tempat itu. Dan hal itu tentunya akan mengkerdilkan jiwa dari si manusia tersebut. Akan lebih indah jika sepanjang hidup dia habiskan menjelajah suatu tempat, berkarya (dengan tidak terpaksa), ataupun menemukan "home" baru di tempat tersebut. dan suatu saat pada akhirnya berpulang ke rumah tempat dia berasal.
think about it..
Kamis, 26 Agustus 2010
pernyataan paling konyol yang pernah nyangkut di kuping "apa lagi yang kita cari di dunia ini??"
Pernah mendengarnya sebelumnya, ya, biasanya kalimat itu keluar dari mulut orang yang kita (atau mereka sendiri menganggap dirinya) bijak. Seolah mereka udah melakukan seluruh hal di dunia ini dan merasa dirinya nabi atau saint. dan biasanya lagi nih, kalimat "sakti" itu diucapkan SELALU dengan mimik dan intonasi yang dibuat (menginginkan dirinya sendiri terlihat) berwibawa. Dan gw udah lumayan sering denger kalimat ini sebelumnya, pada awalnya dulu (pas masih bocah ingusan) kalimat ini emang kesannya keren banget, berat, dan "wah, bapak / ibu ini udah ga mikirin dunia lagi, hebaat". tapi seiring dengan bertambahnya usia dan level pendidikan plus kesadaran berfikir. Gw jadi mikir ulang, orang-orang yang kayak gini ini, yang harus ditatar ulang, at least, kalo gw mau berbaik sangka sama mereka, mungkin mereka cuma tersesat dan harus diarahkan balik ke jalan yang benar. Oke, sekarang gw mau sharing dikit tentang gimana terakhir kali denger kalimat mujarap ini keluar dari orang (lagi - lagi dengan gaya acuh tak acuh seakan telah terlepas dari keduniawian).
Suatu malam gw mampir untuk silaturrahmi ke seorang bijak yang belum bisa dibilang tua, setelah ngobrol-ngobrol sejenak (sebenernya gw dah tau ini orang ga suka sama gw, tapi gw selalu megang prinsip, sejahat apapun orang bersikap ke gw selama itu blum membahayakan atau mencoba membahayakan diri gw, gw ga punya alasan untuk bersikap dengan cara yang sama ke orang itu, kalaupun itu membahayakan, paling gw maksimal cuma mempertahankan diri dan berusaha sekuat mungkin buat ga nyerang balik). singkat cerita dia mengutarakan niatnya beberapa waktu ke depan, untuk ibadah umroh di bulan Ramadhan. hal itu bagus, gw sebagai muslim juga ngakuin kalo itu adalah suatu berkah buat seorang muslim untuk bisa ibadah umroh apalagi di bulan ramadhan. tapi buntutnya itu yang ga enak, berhubung bapak satu ini duluuu udah pernah ibadah haji, dan sekarang mau umroh. dia menyatakan tekadnya untuk akan kembali lagi ke tanah suci paling enggak 2 tahun sekali. Hal itu walaupun ditelinga gw agak berlebihan (mengingat banyak orang yang ga bisa begitu ditengah kondisi bangsa yang carut marut kayak gini) tapi that's still ok though... sampai pada satu titik dengan BIJAK nya dia bilang
"hidup saya mau saya abdikan buat ibadah, saya mau pergi ke tanah suci sesering mungkin, paling tidak 2 tahun sekali, LAGIPULA APA LAGI SIH YANG DIKEJAR DI HIDUP INI"
geblek!!! hal itu bener2 kontra sama background pendidikannya yang udah bisa dibilang level bintang 4. bahkan saat itu pun gw yang berlevel bintang setengah pun bisa langsung kesetrum sama ucapan itu.
itu buat gw adalah kalimat "bijak" dari orang yang bener-bener egois!! cuma mikirin diri sendiri, orang-orang yang kalo dikasih senjata bakalan ngebunuhin orang lain atas nama agama.
emang dia ga ngeliat apa disekeliling kita masih banyak orang yang kurang beruntung dibanding dengan bapak haji ini. gw yakin hubungan ini setelah kita beribadah dan berhubungan dengan Allah SWT tuhan semesta jagad. setelah itu, uruslah sekitarmu, manusia-manusia disekelilingmu.
Tuhan bukanlah Dzatt yang gila disembah, atau disujudi berjam-jam lamanya. saat elo bisa bilang ga ada lagi hal yang elo cari di dunia ini, itu sama aja elo melupakan hal-hal gajah yang jelas-jelas ada dimasyarakat ini. Mungkin kebutuhan pribadilu baik itu materi maupun spiritual sudah sangat terpenuhi, namun kalo elo tetep menumpuk hal-hal yang itu sifatnya pribadi dengan berkali-kali pergi ke mekkah untuk ibadah haji / umroh (yang mana Allah cuma mewajibkan kita sekali), dan yang mana untuk sekali kesana aja biayanya juga ga sedikit,
hal itu adalah sebuah kemubaziran besar mengingat disekitar kita masih banyak orang miskin dan bodoh.
pergunakan uang dan harta serta ilmu lu untuk membantu sesama dong pak!! " gumam gw dalam hati. gw bener2 empet waktu itu, yang mana bapak itu mengucapkannya dengan nada cuek, tapi ya sudahlah. untuk sekarang ilmu gw cuma bisa sebatas sharing ke kalian (yang kebetulan ngebaca tulisan ini) untuk setidaknya, tau apa itu maksud kalimat itu, dan ga ikut terlena seperti sang pengucap. syukur2 bisa ngelurusinnya.
dan sujud kita sepanjang malam itu hanya untuk diri kita sendiri, tidak ke orang lain. maka lakukanlah kalo mau nyari apa yang dicari lagi di dunia ini. maka selalu gumamkan pada diri kita sendiri, bahwa masih banyak yang kita cari di dunia ini. MASYARAKAT YANG LEBIH SEJAHTERA, zero poverty, ga ada lagi kebodohan dan kemiskinan, anak-anak tumbuh sehat dll dll.. hal2 itu lah yang seharusnya kita cari lagi didunia ini (setelah kebutuhan pribadi kita terpenuhi)..
so, untuk mereka yang berperut kenyang.. jangan pernah mengucapkan kalimat-kalimat "bijak" itu, karena malulah kalian saat mengucapkannya berarti benar-benar sedang lupa dengan apa yang sebenarnya terjadi di sekitarnya (di dunia ini).
Senin, 16 Agustus 2010
17 agustus taun 45
tahun ke-65 kemerdekaan indonesia dirayakan dengan cara yang "begitu-gitu" saja, sebenarnya kalo kita mau berpikir dengan praktis, sebetulnya perayaan itu kita lakukan sepanjang tahun. Ambil contoh 17 Agustus 2001 ke 17 Agustus 2002, atau tahun-tahun yang lain. tidak ada suatu selebrasi yang lebih bermakna daripada kegiatan (yang kita dulu sering dengar di pelajaran sekolah) mengisi kemerdekaan ini sendiri. Terdengan simple memang tapi hal itu memang simple jika mau dilakukan dimulai dari hal-hal produktif dan kecil-kecil. Untuk para pemuda yang sedang mati-matian melamar kerja, yah hal itu memang tidak bisa disalahkan, namun bagaimana yang dari awal sudah berniat untuk menghabiskan seluruh umurnya mengabdi sebagai karyawan atau pegawai. Hal ini pasti ada suatu kesalahan, hal inilah yang masih mendera bangsa ini, dimana para pemudanya benar-benar tergila-gila untuk hidup mapan dalam waktu singkat. Mental berpetualangnya terkeringkan oleh hal-hal material yang sebetulnya juga bisa mereka dapatkan dalam waktu (agak) lama sih memang. tapi setidaknya, dengan memuaskan hasrat muda yang ada, para pemuda ini tidak akan miskin pengalaman "lapangan" saat mereka mapan nanti, toh hidup juga akan lebih terpuaskan saat kita menjadi kaya karena mengerjakan hal-hal yang kita sukai. hal klasik yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan (dengan istilah "lentera jiwa") namun pada kenyataannya masih kurang diimplementasikan oleh para kalangan muda Indonesia, hal itu tercermin dari bagaimana minat pemilihan jurusan kuliah yang terkesan ke arah situ-situ saja (kalo ga kedokteran, ya ke area-area dimana dibutuhkan untuk kerja kantoran, yang mana pada akhirnya mereka akan menjadi "clerk" seumur hidupnya, padahal mereka memiliki potensi dibidang lain, seni atau teknik misalnya). arah pikiran orang tua yang "sayang anak" juga sangat mempengaruhi pengambilan keputusan si anak. bukannya mendukung keinginan anak untuk melanjutkan pendidikan di bidang yang disukainya, malahan meng interfere mereka untuk memilih program yang sudah bertumpuk-tumpuk manusia memilihnya (dengan alasan yang hampir sama).
Akibatnya? semakin bolonglah bidang-bidang "non-mapan dalam waktu dekat" dan semakin menumpuklah bidang-bidang kantoran. padahal jika kita tengok negara-negara maju, dimana para ahli arkeologi, peneliti-peneliti ilmu pasti, bisa hidup dengan sangat berkecukupan, dengan begitu maka jika mau merunut-runut akar masalah, maka negara ini bisa dibawa kepada tidak bisa menjaminnya para ilmuwan-ilmuwan berbakat itu untuk bisa hidup layak di Indonesia. Apa yang terjadi? "braindrain" atau perginya para pemikir-pemikir handal itu untuk bekerja untuk negara lain yang bisa mencukupi kebutuhan perutnya. ingat bro, ini urusan perut!
jadi 17 agustus ini ada baiknya untuk kita rayakan dengan menjadi diri kita sendiri masing-masing, bagaimana dengan para pemuda yang telah beruntung bekerja sebagai karyawan atau pns. mungkin ada baiknya mereka mengembangkan pola pikir yang ada dan kembali menghidupkan cita-cita masa kecilnya, yang paling kanak-kanak skalipun. dengan mengumpulkan modal terlebih dahulu sebagai karyawan. mereka akan lebih memiliki pondasi untuk mengejar impiannya di hidupnya yang cuma sekali ini.
Love you Indonesiaku.
Minggu, 27 Juni 2010
nice monday
after spending my latest weekend (only sunday actually) with being stranded in a tiny little island so called gili trawangan, i feel the rechargement of my body and my soul have taken their job perfectly, i saw several topless women did some sunbedding on the white sand, even if there's a rule that prohibiting such activities, but i think it's alright as i enjoyed my meal in the edge of the beach (what a perfect place for having a lunch, accompanied with my dearest girlfriend) and while you were waiting for the meal for served, you can swim in a turqoise pristine beach. and the price? i think even it's (for me) a bit expensive, but it's still worth the price itself but unfortunately i forgot the name of this restaurant. after that before going home, as the latest public boat that will carry us home to lombok mainland, will be departed at 4 p.m. i think it would be wise to kill the time and our choice goes to bicycling around gili, with 15k rupiah for one bike you can go anywhere in gili trawangan for about one hour, we rent 2 bike and going around and stopping whereever we want it, either it because of the beauty of the scenery or we run out of power to paddle. but afterall i spend this day worthly and feel so much satisfies.. hope tomorrow will be better day
Selasa, 08 Juni 2010
and my choice is go to KOREA DPR
the world cup is about to begin, as i (along with billions people around the earth have a same enthusiasm) am very exciting in welcoming this "once in four year" event. i do also have a favorite team, and for this 2010 world cup in south africa, my hope is lied upon democratic people republic of korea (north korea), i don't know why i choose this team, but when first i knew about the success of Korea DPR to make their way to final round in south africa, i started to find as much information as i can about the Korea DPR team.. and i found out that the squad itself is still in lower level compared to unqualified country such as iran or china. but their spirit is the thing that made me astonished, as they are come from an underdeveloped country, i think this is a right moment for them to show the world what they're made of. the collectivity of play is the main gun of this team, as the coach (considering the squad) will apply the more defensive way of play, but effective, we have a chance here to see how the defensive team will (at least) make a surprise to a more popular team, as grecce did in euro 2004. i hope korea DPR team will bring cherish to the people in their country with a good result in upcoming world cup as their predecessor have done in 1966.
Senin, 07 Juni 2010
my dear honey..
sesejuk udara sehabis hujan, jika mengingat dirinya disaat yang menyenangkan, walaupun terkadang seperti awan pekat dengan petir saling menyambar jika level energinya sedang tidak sama. Apapun itu, dia terasa telah masuk kedalam skenario hidupku, untuk mendampingiku. Teringat bagaimana pertama kali kumemandangnya di pertemuan pertama, tidak pernah kumenyangka bahwa dia akan memiliki tempat seistimewa ini di hati. Dia adalah satu, satu keajaiban yang datang dengan tiba-tiba ke hidupku.
Yang Mulia Berkursi Empuk .. 2
Dia merasa sudah memiliki dunia, padahal kalo kita mau bergerak mundur sedikit demi mendapatkan sudut pandang yang lebih luas untuk memandangnya, dia masihlah belum menjadi satu unit yang bisa dibanggakan. Dia hanyalah raja bagi orang-orang yang bisa dia tundukkan, orang-orang bermental budak dan penjilat. Dia tidak pernah suka akan orang-orang yang menginginkan adanya kesetaraan dalam bergaul, yang dia inginkan hanya berbicara dan anda sebagai pendengar wajib mengangguk-angguk tanda setuju. saya banyak menemui orang-orang ini dalam suatu lingkungan yang "tidak sehat", mereka seperti eceng gondok, tumbuhnya cepat dan cenderung tidak indah (ya kecuali buat para abdi-abdi babunya itu). selalu memaksakan orang lain untuk bertindak sesuai dengan kerangka berpikirnya yang walaupun sudah ditempa suatu pendidikan yang teramat tinggi namun masih menyisakan suatu lubang karat yang pada akhirnya akan merapuhkan seluruh cara sikapnya. yang mulia berkursi empuk.. yang perlu anda lakukan hanyalah melakukan observasi lebih jauh akan lingkungan. tinggalkan manusia-manusia penjilat yang (mungkin) membuat anda merasa nyaman sejauh ini, lakukan segala hal sendiri (dan jangan manja), karena menurut pengamatan saya, kemanjaan dari "yang mulia - yang mulia" seperti andalah yang membuat para penjilat tumbuh subur dimuka bumi ini.
Minggu, 06 Juni 2010
Yang Mulia Berkursi Empuk .. 1
Entah bagaimana seseorang dengan pendidikan yang bisa dibilang sangat diatas rata-rata bisa masih mempertahankan sifat-sifat "ndeso" nya dalam artian suatu kebiasaan yang dalam penilaian umum bisa dikategorikan sebagai suatu hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh manusia yang (bahkan) mengenyam pendidikan jauh dibawah level dari Yang Mulia berkursi empuk tersebut. semakin tinggi level pendidikan yang dienyam oleh seseorang seharusnya bisa menggerus segala ketakutan-ketakutan yang dirasakan oleh masyarakat yang kurang mengenyam pendidikan tersebut, dan bukan berarti sebaliknya.. ketakutan yang hanya membuat otak seorang manusia seperti malfungsi, mungkin selain ketakutan "kursi empuk" bisa ditambahkan sebagai salah satu penyebab kerusakan otak manusia (bersambung)
Kamis, 20 Mei 2010
pagi...
Pagi ini terbangun di pulau tropis ini seperti biasanya, agak terasing dari kabar-kabar ibukota, karena memang pilihan gw untuk tidak memelihara televisi dengan segala konsekuensinya, padahal hal itu justru membuat gw keliatan bego kalo ngobrol-ngobrol ma orang kantor mengenai masalah bailout century ato susno ato apalah itu yang menurut orang-orang "standard" keren untuk dibahas. Tapi entah kenapa dari lubuk hati yang paling dalam dan tanpa bermaksud untuk beda gw ga tertarik untuk mengikuti itu semua, seperti hidup di alam lain dan ditugaskan untuk mengambil misi sulit yang membutuhkan suatu konsentrasi penuh untuk mencapainya dalam hidup ini sehingga tiada perlu lagi untuk mencampurkan diri dalam hiruk-pikuk yang berkembang subur di masyarakat, walaupun itu hanya dalam konteks ide.
Minggu, 16 Mei 2010
sembalun
Sembalun hujan seharian, sore - malam - pagi, semuanya dihabiskan dengan menikmati irama rintik hujan jatuh ke bumi, kabut pun turun, mengingatkanku pada bau-bauan khas pegunungan yang tak pernah ada di kota tempat ku tinggal.
sedikit "recharge" yang sangat berharga untuk memulai kembali rutinitas hari esok.
Langganan:
Postingan (Atom)