Alkisah disebuah kerajaan miskin nan hampir bangkrut bernama Gondesia, hiduplah seorang raja kurus kering bernama Prabu Gondes yang sedang dililit masalah (nyaris) pailit selain masalah sembelit. Raja itu berpikir keras untuk menyelamatkan krisis keuangan kerajaannya, sampai akhirnya seekor cicak jatuh di kepalanya yang dibarengi oleh ide (yang menurutnya) brilian.
serta merta dia memanggil seorang perdana menteri (merangkap panglima tertinggi, merangkap direksi, koki, sampai kuli) yang masih setia mendampinginya bergelar Ngkungkakungndorobei, biasa dipanggil mbah mbei. Seketika itu juga, sang Prabu dengan semangat berapi-api memberitahukan sang Panglima Tertinggi bahwa dia memiliki sebuah ide yang brilian untuk menyelamatkan bahkan mengembalikan kejayaan dari kerajaan yang hampir pailit itu. Sejenak mbah mbei berpikir keras dengan otak pikunnya mengenai kapan terakhir kali kerajaannya itu mengalami masa jayanya, namun mbah mbei gagal. Saat percobaan kedua hendak dilakukan mbah mbei, semuanya buyar oleh auman sang Prabu Gondes yang bersiap untuk mengeluarkan dekritnya dihadapan sang Direksinya yang seorang itu. Mbah mbei yang seluruh pembuluh darahnya telah dipenuhi oleh aturan protokoler keistanaan semenjak masih mudanya pun syahdu terdiam oleh suara gertak sang prabu, karena memang seharusnya begitu menurut mbah mbei, hidup adalah untuk mengabdi. sejenak hening, Sang prabu meminta air putih kepada sang Koki satu-satunya, karena menurutnya ide brilian ini pastilah datangnya dari Dewata walaupun turun bersamaan dengan jatuhnya cicak di kepalanya. Segelas penuh gelas habis dengan segera dan tergesa-gesa, dengan mulut yang berlumuran air putih dan menetes-netes di dagunya, kali ini sang Prabu berdiri dengan mata berapi-api, memberi mandat kepada Mbah mbei untuk... yang bersamaan dengan jatuhnya seekor tokek ke kepala sang prabu yang membuat sang prabu kaget setengah mati dan teringaat perut kosongnya yang dari tadi pagi hanya diisi oleh lamunannya saja. Sang prabu pun menitahkan mbah bei untuk pergi berhutang ke warung negara tetangga sebungkus nasi tempe kuah ayam. Segera berangkatlah sang kuli melaksanakan sabda sang Prabunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar