Cerita berikut ini adalah mengenai 2 buah Gua yang bernama Gua Susu dan Gua Taman yang ada di Taman Nasional Gunung Rinjani. Kebetulan saat pendakian Rinjani via Torean kemarin saya berkesempatan mampir di keduanya.
pemandangan saat perjalanan menuju Gua Susu |
Pertama adalah Gua Susu. Gua ini telah lama saya dengar namanya, tapi baru kemarin (pada akhirnya) berkesempatan melihat seperti apa "si Susu" ini sebenarnya. Gua ini terletak kurang lebih 1 km dari Danau Segara Anak dengan mengikuti jalur Torean. Pertanda jalan menuju gua ini adalah sebuah persimpangan (pertigaan) dimana terdapat sebuah kolam air panas. Banyak pendaki yang lewat atau memang berniat bermalam di tempat ini memanfaatkan kolam ini dari sekedar untuk relaksasi kaki sampai dengan pengobatan. Apa yang membuat kolam ini terlihat unik dan dramatis adalah buih-buih yang muncul dari dasar di bagian tengah kolam, sekilas membuat kolam ini terlihat mendidih airnya dan berkesan horor untuk dipakai berendam, tapi toh setelah dicoba everything's fine termasuk dibagian kolam yang "mendidih" itu, yah walaupun dengan sedikit waktu untuk penyesuaian juga.
Kolam air panas di persimpangan jalan menuju Gua Susu |
Dari persimpangan jalan itu, Gua Susu tinggal berjarak kurang lebih 300 meter dengan menempuh jalan tersendiri, Gua Susu dapat ditemui dengan mudah karena dia terletak di ujung jalan alias jalan buntu. Penampakannya adalah sebuah tebing dengan beberapa mulut gua yang bertingkat-tingkat yang beberapa mulut gua tersebut mengeluarkan air dari dalamnya. Namun Gua Susu dapat dikenali dari warna mulut gua yang kekuningan, hal ini dikarenakan endapan belerang yang dikandung dalam air panas yang muncul di dalam Gua. Gua bagian atasnya yang juga mengalirkan air tidak berwarna sama karena yang dialirkan adalah air biasa (dingin).
Di depan mulut Gua Susu |
Memasuki Gua Susu sebaiknya dilakukan tanpa alas kaki, tak perlu khawatir dengan licinnya dasar Gua, karena endapan belerang ini membentuk suatu relief yang memudahkan kaki untuk memijaknya dan jauh dari sifat licin. Di Bagian dalam Gua Susu kita akan menemui suatu sumber mata air yang telah disalurkan melalui sebuah pipa, para penduduk lokal yang sering mandi air panas disini yang membuatkannya. Jika kita langsung menyentuhkan kulit di air dari pipa ini, kemungkinan rasanya langsung "NYOSS", maka ada baiknya mengambil waktu sejenak untuk membiarkan kulit beradaptasi terlebih dahulu. Terdapat sebuah ruang yang agak luas di bawah pipa ini, sehingga 5-6 orang bisa duduk bersama sambil bercengkrama menikmati air panasnya. Lebih dalam lagi, Gua akan menyempit dan terdapat suatu ruang yang agak diatas tempat "duduk-duduk" tadi, perlu menggunakan senter untuk masuk ke bagian gua ini. Saya mencoba masuk ruangan ini karena direkomendasikan oleh orang-orang yang duduk di bawah pipa air panas tadi, mereka bilang diatas ada SAUNA. Sayangnya karena uap air panas yang kuat di ruang dalam Gua maka saya tidak bisa mengambil gambar bagian dalam gua.
Mulut Gua Susu |
Penasaran saya pun mencobanya, namun ternyata harus menunggu sejenak karena harus antri menunggu 2 orang bapak yang sedang "bersauna" di dalamnya. Setelah tiba giliran saya, dengan hati-hati dalam pijakan dan menjaga kepala agar tidak terantuk relief gua, maka saya sampai di tempat sauna tersebut. Ternyata tempat tersebut hanya muat untuk 2 orang saja, terdapat suatu tempat untuk menjadi diduduki dan satu orang lainnya harus berdiri. Di tempat saya duduk tersebut, kita bisa menikmati uap panas yang berhembus dari dinding-dinding gua, dan jika kita mencoba berdiri, maka uap akan semakin panas, dan kepala rasanya seperti dikukus :) Tidak ada jalan lebih jauh lagi, rupanya tempat sauna itu adalah ujung gua. Mungkin sekitar 3 menit saya bersauna di tempat itu, sambil membayangkan ternyata Gua Susu tidak sebesar seperti yang dibayangkan selama ini.
Dari percakapan dengan sesama penikmat air panas disitu, saya memperoleh rekomendasi untuk mampir ke bagian dasar Gua dimana juga terdapat kolam kecil berair hangat dan mencoba untuk menghisap air yang menetes dari stalagtitnya. Konon katanya air tersebut berasa seperti susu, walau pada saat saya mencobanya saya tidak merasakan demikian, ya berasa seperti air biasa. Dari situ kemungkinan mengapa Gua ini bernama Gua Susu. Lagipula "puting" susu yang terdapat di bagian atas gua (stalagtit) banyak yang patah, mungkin karena para "penghisapnya" agak hardcore ya, dan mungkin juga karena patah, saya jadi tidak bisa menikmati "susu" seperti yang diceritakan orang-orang.
Selanjutnya adalah Gua Taman, Gua ini terletak lebih ke bawah lagi dibandingkan dengan Gua Susu (dari Danau Segara Anak), juga melalui sebuah persimpangan jalan untuk mencapainya. Pertandanya adalah, sebuah tangga vertikal dari kayu yang akan membantu kita menuruni sebuah tebing kecil dan sebuah sungai kecil berair hangat. Dari situ akan ada jalan menurun, kira-kira 100 meter menempuh jalan menurun itu kita dapat menjumpai Gua Taman.
Kesan pertama dari Gua ini adalah penampakan sekelilingnya yang agak "spooky", banyak kain putih digantungkan di sekitar mulut Gua, dan dari info yang didapat, hal ini dikarenakan Gua Taman tersebut memang sering digunakan untuk tempat peribadatan suatu golongan orang.
Suasana di luar Gua Taman |
Kain-kain putih bergantungan di sekitar Gua Taman |
Gua Taman dapat dimasuki melalui sebuah mulut gua yang sangat kecil, sehingga hanya bisa dilewati dengan cara merayap.
Mulut Gua Taman |
Merayap untuk keluar - masuk Gua |
Bagian dalam Gua Taman adalah sebuah ruangan yang cukup besar, dan saya tidak tahu apakah kita bisa masuk lebih dalam lagi. Tidak ada air panas didalam gua ini, ada satu genangan air kecil, namun berair dingin. Bau dupa dan sesaji menyeruak ketika memasuki ruang ini. Terdapat suatu mitos bahwa untuk memasuki gua ini, berapapun ukuran badan orang tersebut, tetap bisa masuk lewat pintu masuk yang menurut saya sangat kecil ini. Saya tidak bisa membuktikannya karena tidak membawa teman yang berbadan "cukup" untuk bisa membuktikannya.
Bagian dalam Gua Taman |
Genangan air kecil (dingin) di dalam Gua |
2 Buah Gua ini hanyalah salah dua dari beberapa (mungkin juga banyak) nama-nama gua yang saya dengar dari percakapan dengan penduduk lokal, Rinjani memang menyediakan banyak Gua dan Air Terjun untuk bisa dikunjungi. Namun memang tidak kesemuanya memiliki akses yang mudah untuk dikunjungi. Lain waktu lain cerita lain pula tempat untuk diceritakan, selama ada umur, selalu ada sesuatu untuk diceritakan.
Salam :)
mantep mas otong..
BalasHapusmakasih mas fun fun
BalasHapusijin kutip mas otong sebagai bahan tulisan saya.
BalasHapus