Konsep dasar dari sebuah resolusi tahun baru saat ini mendadak menjadi penting setelah setahun ini kulalui dengan sangat sempoyongan. Ibarat petinju, aku betul-betul dihajar oleh berbagai macam pukulan yang datang bertubi-tubi dengan segala kombinasinya. Membuatku hanya bisa berusaha semaksimal mungkin agar tidak terjatuh ketiga kalinya berturut-turut dalam satu ronde yang hanya akan membuatku kalah TKO. Semoga pertandingan ini telah berakhir, aku tak peduli kalau aku tak menang, aku sudah cukup puas aku tak kalah dengan KO. Sekarang saatnya menatap pertandingan lain kedepan, berlatih dengan lebih giat, dan bisa melihat asa ditiap waktu yang tersedia. Apa resolusiku untuk tahun 2012? berjalan maju. That's all.
Jumat, 30 Desember 2011
Kamis, 29 Desember 2011
sekilas seorang pemimpin
Menjadi seorang pemimpin layaknya menjadi sebuah lokomotif, dia harus menarik seluruh gerbongnya dengan kekuatan yang sama rata, dan setulus jiwa. Tak peduli warna, tahun pembuatan, kualitas, maupun kebobrokan gerbongnya. Hal itu tercermin juga dalam pemimpin yang tulus hati dalam memimpin mereka yang dipimpinnya. Seorang pemimpin akan mengesampingkan egonya dan tidak akan menyia-nyiakan waktu luang yang datang kepadanya, dan percaya atau tidak, pemimpin haruslah orang yang lebih 'kuat' dari orang yang dipimpinnya.
about losing
Kehidupan berjalan maju ke depan, selalu. Tapi kita saja yang terkadang berjalan maju dengan cara terbalik, menatap terus ke masa lalu, berat untuk meninggalkannya. Kehidupan selalu mencerabut sesuatu yang kita miliki dan cintai, dan memberikan kita sesuatu yang baru untuk dipeluk, dikenal, dicintai, untuk kemudian dicerabut secara paksa lagi dari kita, untuk kemudian diberikan sesuatu yang lebih baru lagi, dan begitulah seterusnya siklus "penderitaan" yang harus kita jalani selama bernafas di bumi ini. Berbagai cara dilakukan oleh kita sesama manusia untuk menihilkan siklus ini, namun walaupun mereka merasa berhasil, hal itu sesungguhnya semu. Karena kehilangan yang merupakan suatu keniscayaan tidak akan mereka anggap ada dengan mengurangi kepekaan yang ada. Hidup pada dasarnya memang kehilangan dan memperoleh. Tiap orang pasti akan kehilangan sesuatu dari hidupnya bahkan saat dia merasa tidak memiliki apa-apa lagi.
Desember Leaves
desember 2011 bisa dibilang sebagai bulan perpisahan, banyak hal terjadi di bulan ini berkaitan dengan kata tersebut. Tak hanya yang terjadi di kehidupan pribadiku sendiri, namun juga terjadi pada kehidupan orang-orang disekitarku. Semua yang datang pasti akan pergi, semua yang dipertemukan pasti akan dipisahkan, entah untuk dipertemukan lagi (seperti yang dinyanyikan dengan mendayu-dayu di lagu-lagu evergreen itu). seorang sahabat yang telah 7 tahun kukenal di kota kecil ini, dan telah mendiami 10 tahun kamar kosan yang sering kukunjungi jika sedang butuh teman untuk ber"ngawak"ria (ngawak = ngasal) kemarin memutuskan untuk kembali ke kota asalnya dan meninggalkan kota Mataram untuk selamanya (jika kembali tidak untuk tinggal permanen lagi). Hal ini sungguh memukulku, karena setelah kepergiannya, terasa bahwa jika aku ke Mataram selama ini adalah suatu alasan tersendiri untuk sesekali mengunjungi kamar joroknya, ngobrol hal-hal basic kehidupan, sampai membicarakan hal-hal 'ga penting'. Sekarang hal itu sudah tidak ada lagi di Kota Mataram, Kota ini kehilangan salah satu fitur andalannya buatku setelah bandaranya dipindah menjadi berjarak tempuh setengah jam dengan motor kecepatan tinggi. Tidak ada lagi ajakan bakar-bakar ikan hasil pancingan di laut lepas dari seseorang bergaya hidup santai yang sejujurnya menjadi keinginanku untuk hidup sebebas dan setanpa beban dirinya. Tapi ya sudahlah, that's life. We should go on this shit.
Langganan:
Postingan (Atom)