Ada polisi sedang berdiri di sebuah perempatan jalan di pesisir barat lombok, tingak-tinguk, awalnya gw mikir ada 2 kemungkinan tentang apa yang ada didalem pikiran nih polisi, pertamax, langsung aj gw tembak, dia lagi butuh duit alias mencari mangsa a.k.a bersiap mempritt tanda offside kepada para pengendara (biasanya) sepeda motor yang lalai dalam mematuhi setiap undang-undang lalu lintas, oh iya, setting waktunya saat itu lagi siang bolong, hampir jam 12 siang, cerah pula, nyaris tanpa awan, di kota yang kecil ini, teknologi mesin penghitung detik lampu merah memang baru saja digunakan, namun (seperti biasa) ga perlu nunggu waktu lama untuk melihat bahwa alat-alat yang dibeli dengan mahal (atau tadinya mahal) itu berkedip-kedip tidak jelas atau malah tidak berkedip sama sekali alias rusak, yah, gw mah ga mau menunjuk siapa-siapa yang berdosa dalam hal ini, lha wong gw juga banyak dosa, tapi dalam hal ini yah demikianlah keadaannya. oh iya, kembali ke pak pulisi tadi, sebenernya kasian juga gw liat itu polisi, berdiri di siang bolong gitu, tapi gw juga ga tau kenapa dia ngelakuin itu, ya itu dia, akhirnya muncul 2 kemungkinan di kepala gw ini, nah, sambil gw tengok ke belakang, nyari-nyari adakah pengendara motor yang sedang sial, entah lupa ga bawa helm, atau ga punya helm, ato lagi ga mampu beli helm karena miskin (kek gw ini, helm boleh HM-in punya orang, tapi orangnya dah maklum kok) jadi (secara sepihak) gapapa kan. ternyata dibelakang gw (saat itu) adalah para pengguna jalanraya yang sangat patuh dan mematuhi setiap peraturan lalulintas, jujur gw agak kecewa, gw siang itu lagi butuh banget tontonan soalnya, ngarepin banget ada anak kampung yang tengil n sok gaul lupa pake helm trus pada akhirnya kena offside alias kena semprit wasit, eh , pak pulisi, ternyata ga ada. eh di kiri gw (gw ada di front row ) ada motor yang lagi numpang ngadem di tepi jalan, tapi sebenernya dia sama aja ma gw, lagi nungguin lampu merah yang luar biasa lama untuk perempatan sekecil ini (yang kadang gw ngerasa bego banget nurut aja sama angka2 di alat yang tinggal menghitung hari buat jadi rongsokan itu). sadar kalo didepannya ada polisi lagi berdiri, itu motor makin mengingsut ke pinggir lagi ke arah sudut mati pandangan pak polisi itu, aslinya, jiwa jahat gw waktu itu pingin manggil pak polisi, "paak,, ada yang nakal ini lho...", lumayan untuk mengakhiri dahaga akan tontonan di siang nan terik itu. tapi gw ga berani, hehe nyali gw ciut ut ut.ya udah, gw dengan sangat terpaksa merelakan tontonan gratis gw hilang.sambil nunggu terus aja mata gw ini terpana ke pak pulisi yang berdiri tegap di salah satu sudut perempatan, trus muncul kemungkinan kedua di otak gw, apa itu? ini dia...Pak pulisi itu emang bener-bener sedang bekerja berdedikasi untuk mengawasi tertib lalu-lintas di perempatan mungil itu, dan memang, survey membuktikan, tiap gw lewat perempatan itu, semua bergantung dengan keberadaan polisi berdiri (bukan tidur lho ya) disitu, kalo ada, tertib deh lalu lintasnya, orang pada mau and rela menanti dengan sabar lampu merah itu berganti menjadi hijau, padahal kalo pas lagi ga ada, ya ampun,, semrawut banget tu perempatan. dan pada akhirnya emang gw berkesimpulan begitu. pak pulisi itu bener2 sedang bertugas dengan sigap. sampai lampu merah gw berubah warna jadi ijo, dia tetap berdiri tegak mengawasi lalu lintas sekali lagi dengan penuh dedikasi.yah moga-moga prasangka gw bener, soalnya jarang-jarang gw punya prasangka baik ke orang.
Sabtu, 27 Juni 2009
Sabtu, 13 Juni 2009
weekend ku
Menikmati weekend dengan lebih dewasa, hehe apa maksudnya nih, yang gw maksud disini (ini penafsiran gw secara pribadi) adalah menikmati weekend tanpa berhura-hura (dalam artian menghamburkan materi) untuk mendapatkan kenikmatan itu sendiri, dengan kata lain, tetap menikmati weekend namun dengan cara yang tidak seperti biasanya, caranya? ya pertama gw harus canangkan dulu didalam hati gw, diniatin kalo weekend sekarang harus lebih nikmat daripada weekend2 sebelumnya, walaupun yang sekarang ini tidak dengan mengeluarkan uang, tapi coba menggali sisi kehidupan lain yang sebelumnya belum tergali, atau mengoprek apa-apa yang ada di dalam diri kita yang sebelumnya belum pernah kita tengok sendiri, dalam hal ini, weekend kali ini, gw pingin menulis, pertama dengan tulisan ini, ntar sore gw pingin mengembangkan teknik fotografi gw (yang emang pas-pasan) lalu menguploadnya di internet, untuk mendapatkan apresiasi atau kritik dari para teman sejawat, dengan begini weekend gw ga akan berlalu kosong begitu aja, dibandingkan dengan mengeluarkan uang hanya untuk hiburan semua (seperti yang gw lakukan sebelumnya), kayaknya emang mengisi weekend dengan mengasah bakat dan hobi yang ada dalam diri adalah cara yang (juga) mengasikkan. hanya saja kadang kita malas untuk melakukannya.
Minggu, 07 Juni 2009
Ini bumi kita juga bro!!!
Pernah ketemu orang yang suka bertindak seenaknya?? sekali-dua kali mungkin kita masih bisa "membiarkan"nya, tapi untuk seterusnya, orang-orang kayak gini ga bisa dibiyarin bro, dunia bukan miliknya dia seorang, lu harus kudu berani ngomong apa yang lu mau, ga peduli apa hasilnya ntar, yang pasti, yang perlu dicamkan diotak lu yang paling dalam n dasar adalah hidup kita semua sebagai manusia modern tuh rata-rata sekitar 60 tahun, sangat singkat!, lu mau membiarkan orang-orang seenaknya berbuat seenak udelnya mereka tanpa ada (minimal) teguran ato peringatan ke mereka?! duh, surga banget hidup mereka, n kasian banget hidup lu. kadang emang dunia ini gak (terlalu) adil, banyak orang-orang yang seharusnya secara matematis n logika loser seloser losernya malah dapet tempat yang terlalu tinggi di mata masyarakat, dan sebaliknya, elu.. yang punya satu, dua, ato banyak kelebihan dibanding orang-orang lain, tapi masalahnya hal itu ga terekspos bro, hanya karena lu ga pede ato takut untuk "keluar" menghadapi dunia, padahal sebenernya itu dia modal utamanya. sayang banget kalo elu beranggapan "ah, gw mah ga suka pamer2, biar kelebihan gw cuma gw n Tuhan aj yang tau", bhehehe monggo aja kalo lu mau nya gitu, tapi sekali lagi lu harus camkan.. umur hidup kita nih singkat, dan kita semua nih (sangat) berhak mendapatkan hak kita didunia ini sesuai porsi kita masing-masing sebelum ajal menjemput, jadi kalo lu emang merasa berhak mendapatkan sesuatu yang emang bener lu berhak, apakah itu, harta, sahabat,cinta, atopun ketenaran, just go get it!!! raih lah itu semua!! yang pasti gw yakin lu tu didalem hati lu yang pualinggg dalem pasti ada perasaan mengganjal ngeliat para loser2 itu berkeliaran seenaknya dah kayak mereka itu menguasai dunia ini aja, sedangkan elu??? lagian kalo semua yang ada didunia ini hancur seketika n cuma skill yang bisa berbicara, yakinlah deh.. elu tu lebih unggul dari mereka. elu itu siapa.. mereka itu siapa.. mereka ga akan bisa survive, karena mereka itu nol boss..sekali lagi.. elu itu siapa.. mereka itu siapa.. cuma elu yang tau.
Bertolak dari Kasus Ambalat
Ngeliat perkembangan situasi akhir-akhir ini di tv tentang issue Ambalat yang jadi sengketa antara Indonesia dan Malaysia sedikit banyak bikin gw was-was plus gemes, gimana bisa negara sebesar Indonesia dengan penduduk 250 juta bisa "kalah gertak" sama negara kayak Malaysia yang statistik fisiknya mungkin bisa lu cek sendiri sama oom google. Indonesia yang memiliki kondisi sejarah HAM yang carut marut dimasa lalu, militer yang sudah menjadi rahasia umum pernah membantai rakyatnya sendiri (jadi otomatis kan galak-galak tuh) bisa kalah dalam statistik persenjataan dengan Tentara Diraja Malaysia, apa yang salah dengan negara gemah ripah lohjinawi ini? mungkin bait pertanyaan terakhir gw terdengar bodoh sekali, karena itu adalah pertanyaan ulangan yang ke sekian juta kali muncul ke permukaan tentang "keganjilan" negara yang seharusnya bisa menjadi Adidaya macam Indonesia ini, ibarat main sebuah game FM, mungkin Indonesia ini adalah klub sepakbola dengan kondisi keuangan yang makmur, namun transfer budgetnya kecil, dan itu mengakibatkan minimnya prestasi tim itu sendiri, konflik internal pengurus klub yang berimbas pada tersendatnya laju klub, dan tidak lupa korupsi yang selalu menggerogoti klub kaya itu sendiri. statistik yang menunjukkan bahwa keunggulan jumlah Alutsista Indonesia dibandingkan dengan Malaysia (walaupun jika dibandingkan dengan rasio wilayah yang luas hal ini masih sangat kurang bagi Indonesia) namun hal itu belum ditilik lebih jauh kepada kelayakan dan kecanggihan yang sekali lagi semua itu berada dalam kondisi yang membuat miris. seorang teman pernah bilang ke saya, "yang layak tempur itu cuma 50%, udah gabungan darat, laut, udara" , saya timpali "kata siapa?", dia jawab lagi "kata berita". yah mungkin cuma dari berita di televisi saja sumber bahan obrolan kita selama ini, tapi apakah berita di televisi itu 100% bohong, kayaknya ini harus jadi pembelajaran dari kita semua untuk gimana caranya meningkatkan WIBAWA dari negara ini, pastinya tanpa kehilangan identitas kita sebagai Indonesia, gw ga pingin Indonesia meniru kemajuan Jepang ato Paman Sam dengan membabi buta sehingga sifat kehilangan keindonesiaan kita, maksud gw, kita mungkin harus bekerja keras macam orang-orang workaholic di Jepang itu, tapi janganlah kehilangan sifat "santai" dan "humoris" kita sebagai bangsa Melayu yang notaben emang "suka bercanda". kembali ke masalah Ambalat ini, sejauh ini gw masih salut sama TNI yang berani muncul di garis depan mempertahankan kedaulatan negara ini, walau sebenarnya Malaysia dengan kapal perangnya yang lebih modern masuk wilayah Indonesia (mungkin mereka juga menganggap bahwa wilayah yang mereka lintasi itu masih wilayah mereka, karena ini sengketa) yang hanya beberapa kilometer persegi ini (namun konon kaya akan minyak bumi didalamnya), tapi kondisi ini apakah harus dibiarkan terus-menerus, melihat kasus Ambalat lebih dalam lagi, akan menguak dimensi yang lebih luas lagi mengenai ketertinggalan bangsa ini dibandung hanya berkutat di sekitar perebutan wilayah yang tidak terlampau besar ini, borok-borok multiagenda yang menunggu untuk diselesaikan oleh presiden terpilih 2009-2014 nanti, siapapun dia, tidak boleh menutup mata dalam hal ini, gw rasa rentang masa kerja presiden terpilih nanti itu adalah masa kerja yang bener-bener krusial, apakah bisa membawa bangsa ini kearah yang lebih baik (beserta wibawa bangsa yang ikut terangkat), ato akan tetap menjadi manusia dewasa yang idiot yang akan selalu menjadi bahan olok-olokan anak kecil yang masih ingusan macam Malaysia atau bahkan Singapura itu, kebangkitan bangsa ini berawal dari keinginan tiap individu WNI itu sendiri, ini adalah tanggung jawab kolektif yang harus diemban di tiap pundak anak bangsa, ga usah mikir terlalu jauh dalam hal ini, sekarang tugas kita semua, adalah meng upgrade diri kita sendiri menjadi SDM yang bisa bersaing dengan SDM bangsa lain, cukup sudah WNI selalu minder jika berhadapan dengan WNA, hal ini adalah borok yang harus diobati segera, oleh kita semua.
Langganan:
Postingan (Atom)