Sabtu, 03 Maret 2012

Snorkeling di Pantai Malimbu, Dilema keindahan terumbu karang yang berjuang menghadapi proses Bleaching

Kemarin Rabu tanggal 29 Pebruari 2012, aku sendiri berinisiatif untuk mencoba snorkeling mengamati kehidupan terumbu karang di pantai Malimbu Kabupaten Lombok Utara, pantai ini terletak sekitar 5-10 km utara Senggigi (angka perkiraan). Saat kutiba disana, matahari masih bersinar diatas pantai, namun mendung menggelayut dan nampaknya hujan juga telah terjadi di kejauhan sisi barat pantai. Pada akhirnya nanti, awan mendung dan hujan tersebut tiba di pantai Malimbu.

Aku mengambil spot snorkeling, di sisi selatan pantai, jika menilik pada google earth, aku menyisir koordinat 8 derajat 26'33"-34" Lintang Selatan dan 116 derajat 2' 4"-8" Bujur Timur




Aku saat itu snorkeling sendiri, dan mendapati bahwa kondisi air di permukaan sedang sangat keruh berpasir, mungkin hal itu disebabkan oleh arus yang sedang lumayan kuat sehingga mengaduk dan membawa sedimen pasir di pantai dan menutupi muka air pantai sehingga menimbulkan kesulitan untuk melihat terumbu karang (juga ikan-ikan) dengan bersnorkeling di permukaan air, dan dibutuhkan aksi penyelaman bebas (free diving) untuk melihat pemandangan lebih jelas, untungnya kondisi air dibawah jauh lebih jernih dibandingkan dengan dipermukaan. Secara umum, terumbu karang Pantai Malimbu lebih luas dibandingkan dengan pantai mangsit dimana selama ini aku sering bersnorkeling, dan yang terpenting adalah pantai malimbu lebih bersih dibandingkan dengan pantai mangsit. Jarang kutemui adanya sampah plastik baik di bibir pantai maupun di perairan. Ikan-ikannya pun beragam, walaupun ini kali keduanya aku bersnorkeling di Pantai Malimbu (kedatanganku kembali di pantai Malimbu untuk bersnorkeling memang sedikit-banyak didorong untuk melihat kembali karang-karang indah yang dulu pernah kulihat beberapa waktu yang lalu). Walaupun agak bersusah payah untuk timbul-tenggelam karena harus menyelam 5-8 meter untuk melihat dengan jelas pemandangan bawah air, namun puas rasanya melihat bahwa ternyata di pantai Malimbu yang saat ini sedang naik daun dan menjadi primadona wisata baru bagi warga Kota Mataram (setelah akses jalannya diperbaiki), masih memiliki terumbu karang yang lumayan bagus dan luas dengan koleksi ikan yang beberapa kali kutemui ikan-ikan berbentuk aneh dan lucu yang belum pernah kulihat sebelumnya di pantai manapun di pulau Lombok (mungkin karena masih kurangnya jam selam ku selama ini). Ada Satu terumbu karang yang lumayan besar dan ramai oleh ikan-ikan beraneka ragam jenis, dan lucu sekali untuk diamati kehidupannya di satu sisi perairan pantai, jika ku amati koordinat bentang alamnya, aku coba tandai lokasi itu jika kita melihat ke selatan maka kita akan sejajar dengan ujung tikungan jalanan bukit malimbu (bukan sisi yang ada Villanya Rita Subowo), dan jika kita melihat kearah timur (sisi pantai) maka akan sejajar dengan sisa pondasi pemecah ombak yang berdiri tegak lurus (yang sisa lainnya telah hancur dihajar ombak). Kira-kira disitulah (jika tidak tepat, pasti ada tidak jauh disekitarnya) terdapat kehidupan karang lucu dengan ikan-ikannya di pantai Malimbu, mungkin aku bisa menemukannya lagi jika berkesempatan main ke malimbu lagi dengan catatan tanda-tanda alam tersebut tidak hilang.

Di pantai Malimbu pula saat bersnorkeling sebelumnya aku mendapat sejenis siput laut yang jamak disebut spanish dancer (hexabrancus sanguineus) yang pada kesempatan kedua ini tidak terlihat "batang hidungnya). :) Dan ketika kembali menuju pantai (tepat lurus dari si karang lucu tadi ke arah timur), aku mendapati sebuah coral yang sedang memulai proses pemutihan (bleaching), setelah sebelumnya aku juga menemukan coral sebesar 2x pelukan orang dewasa telah sepenuhnya bleched. proses bleaching ini adalah suatu proses hilangnya pigmen warna, dalam hal ini berasal dari alga bersel satu yang disebut zooxanthellae, hilang atau mati dari coral (terumbu karang). Simbiosis mutualisme dibentuk antar keduanya, alga zooxanthellae berfotosintesis dan menyediakan bahan makanan bagi coral sedangkan coral menyediakan rumah bagi sang alga dan selama ini pula zooxanthellae dan terumbu karang berkolaborasi atas indahnya warna-warni terumbu karang ini, dan karena kondisi tertentu, zooxanthellae ini dapat mati dan hal tersebut menyebabkan coral menjadi memutih. Beberapa hal disinyalir menjadi penyebab proses bleaching ini, mulai dari pencemaran (pupuk, bahan kimia berbahaya lainnya), infeksi bakteri, perubahan (biasanya kenaikan) suhu air laut, sampai dengan paparan sinar ultraviolet yang berlebihan. Global warming yang sedang terjadi secara logika dapat mempercepat proses pemutihan dari terumbu karang di berbagai tempat di Indonesia sebagai negara tropis ini. Sesuatu yang sangat disayangkan memang.

Sayangnya aku tidak bisa memfoto hal-hal yang kulihat selama bersnorkeling di Pantai Malimbu ini karena G9 ku sedang terancam diopname karena alasan teknis. Tetapi, apapun itu, segala keindahan maupun kepedihan yang kulihat di bawah air pantai malimbu, telah terekam di hati dan pasti akan menjadi sebuah undangan untukku untuk kembali suatu hari nanti.

Snorkeling di Pantai Malimbu, Dilema keindahan terumbu karang yang berjuang menghadapi proses Bleaching

Kemarin Rabu tanggal 29 Pebruari 2012, aku sendiri berinisiatif untuk mencoba snorkeling mengamati kehidupan terumbu karang di pantai Malimbu Kabupaten Lombok Utara, pantai ini terletak sekitar 5-10 km utara Senggigi (angka perkiraan). Saat kutiba disana, matahari masih bersinar diatas pantai, namun mendung menggelayut dan nampaknya hujan juga telah terjadi di kejauhan sisi barat pantai. Pada akhirnya nanti, awan mendung dan hujan tersebut tiba di pantai Malimbu.

Aku mengambil spot snorkeling, di sisi selatan pantai, jika menilik pada google earth, aku menyisir koordinat 8 derajat 26'33"-34" Lintang Selatan dan 116 derajat 2' 4"-8" Bujur Timur




Aku saat itu snorkeling sendiri, dan mendapati bahwa kondisi air di permukaan sedang sangat keruh berpasir, mungkin hal itu disebabkan oleh arus yang sedang lumayan kuat sehingga mengaduk dan membawa sedimen pasir di pantai dan menutupi muka air pantai sehingga menimbulkan kesulitan untuk melihat terumbu karang (juga ikan-ikan) dengan bersnorkeling di permukaan air, dan dibutuhkan aksi penyelaman bebas (free diving) untuk melihat pemandangan lebih jelas, untungnya kondisi air dibawah jauh lebih jernih dibandingkan dengan dipermukaan. Secara umum, terumbu karang Pantai Malimbu lebih luas dibandingkan dengan pantai mangsit dimana selama ini aku sering bersnorkeling, dan yang terpenting adalah pantai malimbu lebih bersih dibandingkan dengan pantai mangsit. Jarang kutemui adanya sampah plastik baik di bibir pantai maupun di perairan. Ikan-ikannya pun beragam, walaupun ini kali keduanya aku bersnorkeling di Pantai Malimbu (kedatanganku kembali di pantai Malimbu untuk bersnorkeling memang sedikit-banyak didorong untuk melihat kembali karang-karang indah yang dulu pernah kulihat beberapa waktu yang lalu). Walaupun agak bersusah payah untuk timbul-tenggelam karena harus menyelam 5-8 meter untuk melihat dengan jelas pemandangan bawah air, namun puas rasanya melihat bahwa ternyata di pantai Malimbu yang saat ini sedang naik daun dan menjadi primadona wisata baru bagi warga Kota Mataram (setelah akses jalannya diperbaiki), masih memiliki terumbu karang yang lumayan bagus dan luas dengan koleksi ikan yang beberapa kali kutemui ikan-ikan berbentuk aneh dan lucu yang belum pernah kulihat sebelumnya di pantai manapun di pulau Lombok (mungkin karena masih kurangnya jam selam ku selama ini). Ada Satu terumbu karang yang lumayan besar dan ramai oleh ikan-ikan beraneka ragam jenis, dan lucu sekali untuk diamati kehidupannya di satu sisi perairan pantai, jika ku amati koordinat bentang alamnya, aku coba tandai lokasi itu jika kita melihat ke selatan maka kita akan sejajar dengan ujung tikungan jalanan bukit malimbu (bukan sisi yang ada Villanya Rita Subowo), dan jika kita melihat kearah timur (sisi pantai) maka akan sejajar dengan sisa pondasi pemecah ombak yang berdiri tegak lurus (yang sisa lainnya telah hancur dihajar ombak). Kira-kira disitulah (jika tidak tepat, pasti ada tidak jauh disekitarnya) terdapat kehidupan karang lucu dengan ikan-ikannya di pantai Malimbu, mungkin aku bisa menemukannya lagi jika berkesempatan main ke malimbu lagi dengan catatan tanda-tanda alam tersebut tidak hilang.

Di pantai Malimbu pula saat bersnorkeling sebelumnya aku mendapat sejenis siput laut yang jamak disebut spanish dancer (hexabrancus sanguineus) yang pada kesempatan kedua ini tidak terlihat "batang hidungnya). :) Dan ketika kembali menuju pantai (tepat lurus dari si karang lucu tadi ke arah timur), aku mendapati sebuah coral yang sedang memulai proses pemutihan (bleaching), setelah sebelumnya aku juga menemukan coral sebesar 2x pelukan orang dewasa telah sepenuhnya bleched. proses bleaching ini adalah suatu proses hilangnya pigmen warna, dalam hal ini berasal dari alga bersel satu yang disebut zooxanthellae, hilang atau mati dari coral (terumbu karang). Simbiosis mutualisme dibentuk antar keduanya, alga zooxanthellae berfotosintesis dan menyediakan bahan makanan bagi coral sedangkan coral menyediakan rumah bagi sang alga dan selama ini pula zooxanthellae dan terumbu karang berkolaborasi atas indahnya warna-warni terumbu karang ini, dan karena kondisi tertentu, zooxanthellae ini dapat mati dan hal tersebut menyebabkan coral menjadi memutih. Beberapa hal disinyalir menjadi penyebab proses bleaching ini, mulai dari pencemaran (pupuk, bahan kimia berbahaya lainnya), infeksi bakteri, perubahan (biasanya kenaikan) suhu air laut, sampai dengan paparan sinar ultraviolet yang berlebihan. Global warming yang sedang terjadi secara logika dapat mempercepat proses pemutihan dari terumbu karang di berbagai tempat di Indonesia sebagai negara tropis ini. Sesuatu yang sangat disayangkan memang.

Sayangnya aku tidak bisa memfoto hal-hal yang kulihat selama bersnorkeling di Pantai Malimbu ini karena G9 ku sedang terancam diopname karena alasan teknis. Tetapi, apapun itu, segala keindahan maupun kepedihan yang kulihat di bawah air pantai malimbu, telah terekam di hati dan pasti akan menjadi sebuah undangan untukku untuk kembali suatu hari nanti.